Pipa Bocor, Pengerukan Alur Pulau Baai Macet

Pipa  Bocor, Pengerukan Alur Pulau Baai Macet

Pipa Bocor, Pengerukan Alur Pulau Baai Macet-Windi Junius-Radar Bengkulu

radarbengkuluonline.id – Hampir setengah tahun pengerjaan, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai yang digadang-gadang bakal jadi pintu emas perekonomian Bengkulu, hingga kini belum juga menampakkan tanda-tanda optimal.

Harapan masyarakat dan pelaku usaha yang sempat menggunung, kini berubah jadi tanya besar: ada apa dengan pengerukan alur yang dikerjakan oleh PT Rukindo di bawah Pelindo itu?

BACA JUGA:Rp 20 M Bangun Kampung Nelayan Merah Putih di Kabupaten Kaur

 

Wakil Ketua Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Bengkulu Edi Haryanto, dengan nada kecewa menuturkan, kedalaman alur saat ini hanya mencapai 2,9 meter. Angka itu masih sama seperti sebelum pengerukan dimulai. “Sampai hari ini, setelah Inpres berakhir, bahkan setelah Menko AHY datang langsung, kedalaman masih mentok di 2,9 meter saja,” tegas Edi,

Sejak awal, pengerukan ini disebut-sebut sebagai proyek strategis untuk mengoptimalkan fungsi Pelabuhan Pulau Baai. Idealnya, kedalaman alur berada di atas 3,5 meter agar kapal-kapal berukuran besar bisa keluar-masuk dengan leluasa. Namun kenyataannya, kapal masih kesulitan bersandar karena alur dangkal.

BACA JUGA:Dimulai Oktober, Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih Enggano Tuntas Maret 2026

 

“Optimalisasi itu artinya membuat pelabuhan betul-betul bisa dilalui kapal. Tapi kalau kedalaman masih di bawah standar, ya sama saja dengan jalan buntu,” sindir Edi.

Yang lebih memprihatinkan, menurut Edi, pengerukan yang dilakukan di lapangan justru berjalan tidak wajar. Pasalnya, pipa fleksibel hose yang dipakai untuk membuang pasir hasil pengerukan ke area pembuangan mengalami kebocoran parah.

BACA JUGA:Belanja Pegawai Pemprov Disorot DPRD Provinsi Bengkulu

 

Akibatnya, pasir yang seharusnya dibuang justru kembali masuk ke alur pelabuhan. Kondisi ini membuat pengerukan terkesan hanya seremonial. “Bayangkan saja, pasir yang sudah disedot keluar, bocor di tengah, lalu balik lagi ke alur. Bagaimana mau dalam? Ini benar-benar ironis,” ujarnya.

Dengan fakta itu, kata Edi, wajar jika optimalisasi yang selama ini digaungkan hanya terdengar seperti slogan kosong.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: