1. Memilih urusan Allah
Nabi Ibrahim `alaihis salam dikenal sebagai salah satu ulul azmi (nabi dengan keteguhan luar biasa), karena selalu mendahulukan urusan Allah di atas segala hal, meskipun itu bertentangan dengan kepentingan pribadi atau perasaan manusiawi.
Beliau rela mengorbankan harta, tahta, bahkan nyawa agar terlaksananya urusan Allah dengan baik. Dalam riwayat kita dapat beliau berani menghancurkan berhala kaumnya meski berisiko dibakar hidup-hidup. Ia meninggalkan tempat kelahiran dan kaumnya demi menjaga tauhid, karena Allah memerintahkan untuk hijrah.
Beliau rela meninggalkan istri dan anaknya di lembah yang tidak berpenghuni (QS. Ibrahim: 37). Keyakinannya bahwa Allah akan memelihara mereka mendahului rasa cinta duniawi. Puncak bukti bahwa Ibrahim mendahulukan Allah yaitu rela menyembelih anaknya meskipun amat mencintai putra yang lama dinantikannya. Beliau siap melaksanakan perintah Allah.
2.Saya tidak pernah gundah terhadap apa-apa yang telah ditangung oleh Allah untukku
Nabi Ibrahim AS tidak pernah merasa khawatir dengan apa-apa yang telah menjadi tanggungan Allah SWT. Seperti perihal rezeki. Qur’an Surah Hud menyinggung perihal hal tersebut dalam ayat 6, “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalah Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Itulah mengapa Nabi Ibrahim AS tidak pernah sedikitpun mengkhawatirkan apa-apa yang sudah menjadi tanggungan Allah SWT, karena Nabi Ibrahim meyakini rezeki itu sudah ada takaran dan jatahnya tersendiri dari Allah SWT. Manusia hanya ditugaskan untuk berikhtiar.
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (Q.S. Al-Jum’ah: 10).
3. Saya tidak pernah makan malam maupun makan siang melainkan bersama tamu
Nabi Ibrahim alaihissalam tidak pernah makan pagi atau malam kecuali ditemani tamu. Bahkan ia akan berjalan mencari seseorang untuk diajak makan bersama jika tidak ada tamu. Kebiasaan mulia ini juga yang membuatnya dijuluki "Abu ad-Duyuf" atau bapaknya para tamu.
Diterangkan juga bahwa Nabi Ibrahim Alaihissalam sering mengadakan perjalanan sejauh 1,5 kilometer sampai tiga kilometer. Tujuannya hanya untuk mencari orang yang bisa diajak makan bersama di rumahnya.