Fluktuasi keterwakilan perempuan dipengaruhi oleh dinamika politik, kebijakan afirmasi gender dalam pemilu, dukungan komunitas, serta ekosistem politik lokal. Daerah dengan keterwakilan tinggi umumnya memiliki program kaderisasi perempuan yang lebih kuat dan dukungan masyarakat sipil yang aktif.
Meskipun demikian, tantangan masih dihadapi, termasuk rendahnya keterwakilan perempuan di beberapa daerah dan tren yang belum stabil. Diperlukan program edukasi politik bagi calon legislatif perempuan, penguatan peran media, serta advokasi gender untuk meningkatkan kesadaran publik. Kebijakan afirmasi seperti kuota gender yang lebih progresif juga dapat menjadi solusi untuk mempercepat peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen Bengkulu (Perempuan, 2025).
Upaya mewujudkan kesetaraan gender juga berkaitan erat dengan pemberdayaan ekonomi dan sosial. Diskriminasi gender menyebabkan banyak perempuan memiliki keterbatasan akses ekonomi. Contoh konkret disampaikan oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah terkait kelompok perempuan di Rejang Lebong yang mengelola kawasan hutan produktif secara berkelanjutan. Dengan sentuhan kreatif, mereka mengolah komoditas lokal menjadi produk bernilai ekonomi tanpa merusak lingkungan (Haicing, 2024). Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan memiliki dampak multidimensional bagi pembangunan.
Peran partisipasi politik perempuan di Bengkulu juga tercermin melalui figur Destita Khairilisani, senator asal Bengkulu yang meraih berbagai penghargaan nasional, termasuk penghargaan *Perempuan Tangguh Mengubah Peradaban*. Prestasi ini membuktikan bahwa perempuan Bengkulu mampu bersaing di tingkat nasional dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya (Azhar, 2025).
# Kesimpulan
Partisipasi politik perempuan merupakan elemen fundamental dalam pembangunan demokrasi yang adil dan inklusif. Meskipun hak politik perempuan telah dijamin secara normatif, realitas menunjukkan bahwa hambatan struktural, kultural, dan sosial masih menjadi tantangan nyata. Di Provinsi Bengkulu, partisipasi politik perempuan menunjukkan perkembangan yang patut diapresiasi, meskipun belum sepenuhnya merata dan stabil.
Dinamika keterwakilan perempuan di parlemen menegaskan pentingnya kebijakan afirmasi, dukungan komunitas, dan peningkatan kesadaran publik terhadap representasi perempuan. Keberadaan figur perempuan inspiratif menjadi modal penting dalam mendorong partisipasi politik perempuan yang lebih luas.
Dengan penguatan edukasi politik, advokasi gender, dan kebijakan yang berpihak pada kesetaraan, partisipasi politik perempuan diharapkan terus meningkat sehingga demokrasi Indonesia, khususnya di Bengkulu, semakin berkualitas dan berkeadilan.
---