Radar Bengkulu - Di tengah dinamika politik yang kerap didominasi suara laki-laki, kehadiran seorang perempuan di ruang parlemen selalu membawa makna tersendiri. Senin pagi (23/12/2025), DPRD Kota Bengkulu menjadi saksi lahirnya kembali harapan itu. Husnul Khotimah, perempuan berusia 39 tahun, resmi dilantik sebagai anggota DPRD Kota Bengkulu melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW).
Prosesi pelantikan berlangsung sederhana namun sarat simbol. Ketika sumpah jabatan diucapkan, bukan hanya sebuah kursi legislatif yang terisi, tetapi juga ruang representasi perempuan yang semakin menguat. Di hadapan pimpinan dewan, Wali Kota Bengkulu, unsur Forkopimda, serta para undangan, Husnul Khotimah berdiri dengan keteguhan yang mencerminkan perjalanan panjang perempuan menuju ruang pengambilan keputusan.
Dalam dunia politik yang penuh persaingan dan stigma, Husnul Khotimah hadir membawa wajah lain kepemimpinan: lebih dekat, lebih mendengar. Perempuan yang akrab disapa *Mbak Imah* ini dikenal aktif berinteraksi dengan masyarakat, khususnya di Daerah Pemilihan (Dapil) III Selebar–Kampung Melayu. Wilayah ini bukan tanpa persoalan—mulai dari infrastruktur lingkungan, akses ekonomi rakyat, hingga layanan dasar yang membutuhkan perhatian serius.
Sebagai perempuan, tantangan yang dihadapi Husnul Khotimah tentu berlapis. Selain tuntutan kinerja sebagai legislator, ia juga harus berhadapan dengan persepsi publik yang kerap mempertanyakan kapasitas perempuan di politik. Tak jarang, latar belakang keluarga lebih dulu disorot ketimbang gagasan dan kerja nyata. Namun bagi Husnul Khotimah, politik bukan soal label, melainkan tentang keberanian mengambil peran dan konsistensi memperjuangkan aspirasi rakyat.
Modal kepercayaan publik yang diraihnya pada Pemilu Legislatif 2024 menjadi bukti bahwa kehadiran perempuan di politik bukan sekadar pelengkap. Sebanyak 1.544 suara berhasil ia kumpulkan—angka yang mencerminkan simpati dan keyakinan masyarakat terhadap pendekatan politik yang lebih humanis dan membumi.
Kehadiran Husnul Khotimah di DPRD Kota Bengkulu juga menjadi simbol penting bagi perjuangan kesetaraan. Ia berdiri sebagai representasi perempuan-perempuan lain yang selama ini suaranya kerap terpinggirkan: ibu rumah tangga, pelaku UMKM, perempuan pesisir, hingga generasi muda yang mendambakan ruang aman dan kesempatan yang adil.
Kini, tanggung jawab besar berada di pundaknya. Bukan hanya memperjuangkan kepentingan Dapil III, tetapi juga membawa perspektif perempuan dalam setiap kebijakan yang dibahas di parlemen. Sinergi dengan Pemerintah Kota Bengkulu diharapkan mampu melahirkan kebijakan yang lebih sensitif terhadap kebutuhan rakyat, sejalan dengan semangat program “Bantu Rakyat”.
Pelantikan yang berlangsung sekitar pukul 10.00 WIB itu mungkin hanya berlangsung dalam hitungan menit. Namun bagi Husnul Khotimah, serta bagi perempuan-perempuan Bengkulu, momen tersebut adalah pengingat bahwa politik bukan lagi ruang yang tertutup. Bahwa perempuan tidak hanya pantas berada di sana, tetapi juga mampu memberi warna, arah, dan perubahan.