Banner disway

Meski Pendapatan Tidak Menentu, Hamdani Bertahan Jualan Ikan Asin di Pasar Pantai Malabro

Meski Pendapatan Tidak Menentu, Hamdani Bertahan Jualan Ikan Asin di Pasar Pantai Malabro

Hamdani sedang melayani konsumen yang sedang membeli ikan asin-Hana Kharmila-radarbengkulu

radrbengkuluonline.id – Di  Pasar Pantai, Kelurahan Malabro, aroma khas ikan asin menyeruak kuat. Di salah satu kios sederhana, Hamdani (55), seorang nelayan sekaligus pedagang, tampak setia menjaga lapaknya yang penuh dengan beragam jenis ikan kering. 

Selama 15 tahun terakhir, ia menggantungkan hidup dari hasil laut yang dia jual di Pasar Pantai Malabro ini.

BACA JUGA:Tersangka Dugaan Korupsi Tambang Batu Bara Bertambah, Komisaris PT RSM Dijemput di Jakarta



"Untuk ikan asin ini kita nyambut dari Pulau Baai. Ada yang udah kering langsung dijual, ada juga yang basah dan kita olah sendiri," jelas Hamdani yang sudah lama dikenal sebagai pedagang ikan asin di kawasan tersebut.

Pasar Pantai Malabro memang menjadi salah satu pusat perniagaan ikan asin di Kota Bengkulu. Pembelinya bukan hanya warga lokal, tapi juga datang dari berbagai daerah luar kota. "Biasanya orang Palembang, Jakarta, Lampung, Jambi datang ke sini. Mereka beli kiloan. Kalau warga lokal paling seperempat kilo," katanya.

BACA JUGA:Ayo Daftarkan Bonsai Anda Sekarang, PPBI-Rakyat Bengkulu Gelar Pameran dan Kontes Bonsai Lokal



Soal pendapatan, Hamdani mengaku tidak menentu. Dalam tiga bulan, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 10 juta. Namun penghasilan harian sulit dipastikan. Karena, uangnya selalu diputar untuk stok barang. “Biasanya kita beli barang baru setiap tiga hari, jadi dagangan selalu segar. Tapi kadang juga gak jualan,” tambahnya.

Dari sekian banyak jenis ikan asin yang dijual, cumi asin menjadi yang paling mahal. Sementara teri Medan adalah yang paling dicari pembeli karena rasanya yang gurih dan cocok untuk berbagai olahan masakan.

BACA JUGA:Walikota Imbau Seluruh Masyarakat Kibarkan Bendera Merah Putih Mulai 1 Agustus 2025



Namun belakangan, Hamdani dan pedagang lainnya diliputi rasa waswas. Rencana penataan pasar yang digagas oleh pemerintah kota membawa ancaman penggusuran.

“Kami dengar-dengar mau digusur. Takutlah, ini kan sumber utama penghasilan. Kalau melaut, belum tentu bisa. Apalagi kalau cuaca buruk,” ucapnya dengan nada cemas.

BACA JUGA:Smart City Bengkulu Sepi dan Tak Terurus, Banyak Fasilitas Rusak Tidak Diperbaiki



Ia berharap pemerintah tidak serta-merta menggusur para pedagang. “Kalau bisa jangan digusur. Cukup ditata rapi saja. Kita ini jadi trauma dengarnya. Jangan sampai mata pencaharian kami hilang,” harap Hamdani.

Di tengah aroma asin dan debur ombak yang tak jauh dari pasar, Hamdani dan pedagang lainnya masih menggantungkan harapan pada penghidupan yang sudah mereka geluti bertahun-tahun. Bagi mereka, ikan asin bukan sekadar dagangan—tapi napas kehidupan.


Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: