Banner disway

Pedagang di PTM Bengkulu Bertahan di Tengah Gempuran Belanja Online

Pedagang di PTM Bengkulu Bertahan di Tengah Gempuran Belanja Online

Pedagang PTM Bengkulu Bertahan di Tengah Gempuran Belanja Online-Hana Kharmila-radarbengkulu

radarbengkuluonline.id – Maraknya tren belanja online tidak membuat para pedagang di Pasar Tradisional Modern (PTM) Bengkulu menyerah.

Mereka tetap setia membuka lapak setiap hari, mempertahankan usaha yang telah dibangun bertahun-tahun. Salah satunya Marni (47) warga Rawa Makmur, yang sudah berjualan kebaya dan gamis di PTM sejak 2010.

BACA JUGA:Harga Cabai dan Tomat Naik, Pedagang di Pasar Panorama Bengkulu Keluhkan Cuaca Ekstrem



“Dulu, sebelum online shop ramai. Pembeli datang terus. Omzet sehari bisa sampai dua sampai tiga juta. Kadang lebih,” kenang Marni. 


Namun, dalam tiga hingga empat tahun terakhir, sejak platform belanja online kian digemari pendapatannya berangsur turun.

BACA JUGA:Pedagang Pempek Mandiri: Berkeliling Sejak 2010, Sekolahkan 3 Anak


Ia menyebut salah satu hambatan terbesarnya adalah beredarnya kabar miring bahwa PTM sudah tutup. “Padahal kami tetap buka setiap hari. Tapi berita seperti itu bikin orang ragu datang,” ujarnya.

Meski penghasilan menurun, Marni mengaku bersyukur masih bisa bertahan. Ia juga mengapresiasi pihak PTM yang menurunkan biaya sewa untuk meringankan beban pedagang. “Dulu sewanya mahal waktu ramai. Sekarang lebih stabil karena sudah diturunkan,” jelasnya.

BACA JUGA:Pendapatan Menurun, Pedagang Pempek di Taman Remaja Bengkulu Berharap Ada Perhatian Pemerintah



Marni pernah mencoba berjualan lewat platform online untuk mengikuti perkembangan zaman, namun ia tetap lebih nyaman bertransaksi langsung di toko. “Kalau di online saingannya banyak. Di sini, pembeli bisa lihat barang langsung, coba, dan tukar kalau tidak cocok. Kualitasnya juga jelas,” tegasnya.

Ia berharap pemerintah memberi perhatian lebih pada pedagang PTM. “Kalau PTM kembali ramai, semua akan ikut merasakan manfaatnya. Pemerintah bisa mendapat pemasukan, dan kami bisa bertahan lebih lama,” harapnya.

BACA JUGA:Perjuangan Pedagang Bendera Jelang HUT RI: Semangat Juang di Tengah Tantangan Tetap Membara



Kisah Marni menjadi potret keteguhan hati pedagang tradisional yang tetap berdiri di tengah derasnya arus digitalisasi. Mereka percaya, sentuhan langsung dan hubungan personal dengan pembeli adalah nilai yang tidak bisa digantikan oleh dunia maya. 

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait