12 Jam Bersama Kapal Perintis, Melancong ke Pulau Enggano

12 Jam Bersama Kapal Perintis, Melancong ke Pulau Enggano

"SEBENARNYA saya tidak menyangka bisa menginjakan kaki ke pulau yang dikelilingi samudera yaitu pulau yang juga telah menjadi Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara. Biasanya orang menyebutnya Pulau Enggano. Sebelum bercerita bagaimana keindahan pulau, saya akan menceritakan perjalanan menuju ke Enggano terlebih dahulu".

OLEH ACHMAD FADIAN- KOTA BENGKULU

Hari Jumat tanggal 14 Februari 2020, pukul 09.00 WIB, saya kaget bukan kepalang, pimpinan menghubungi saya melalui Via WhatsApp (WA). Isi pesan chat tersebut beliau menugaskan saya untuk berangkat ke Pulau Enggano. “Amek, hari Senin nanti, kamu berangkat ke Enggano, meliput Kunjungan Kerja (Kungker) Gubernur Bengkulu di Enggano,” Saat itu, sontak saya berfikir agak lama, apakah ini benar atau tidak, menurut saya, masih banyak wartawan senior yang lebih handal dari saya jika ditugaskan kesana. Beberapa jam kemudian, saya menjawab, “Siap Bos”.

Hari Senin tanggal 17 Februari 2020, saya dapat kabar bahwa Kunker Gubernur ke Enggano ditunda, saat itu hati merasa senang gembira tidak jadi kesana (pulau Enggano), eh, tau-taunya, diundur hanya berselang tiga hari saja. Tepatnya tanggal 20 sampai 21 Februari Gubernur ke Enggano. Mau tidak mau, suka tidak suka, namanya bawahan harus mengikuti perintah pimpinan. Akhirnya pada tanggal 19 Februari 2020 pukul 10.00 WIB, saya diberitahu pihak Kominfo Provinsi Bengkulu, kapal akan berangkat pukul 14.00 WIB sore. Sontak saat itu, saya belum berkemas apa-apa, mau membawa baju, celana berapa lembar dan lain-lain. Dalam pesan WA, saya memanggilnya Kak Chan, “Jam dua sudah kumpul di Pelabuhan Pulai Baai,”. Saya balas, 'Siap kak'.

Usai rapat proyeksi di kantor RADAR BENGKULU bersama tim redaksi, saya langsung pulang kerumah untuk bersiap-siap berangkat ke Enggano, dengan hati setengah niat mau kesana. Maklum, baru pertama kali ditugaskan seperti ini dan menuju pulau terluar di Provinsi Bengkulu. Pukul 13.00 WIB, dari rumah di Lempuing, saya berangkat menuju ke Pelabuhan Pulau Baai, sampai disana tepat jam 14.00 WIB, ketemulah dengan Kak Chan dari Kominfo. Dia melambaikan tangan diatas kapal, saat itu, saya merasa kagum dengan kapal yang begitu besar, kapal tersebut bernama Kapal Perintis.

Saya menuju ke ke kapal tersebut dan menyalami Kak Chan, saya bertanya, 'kak jam berapa berangkat?, dia menjawab, 'tunggu dulu, soalnya tiket baru buka jam 2 siang tadi, mungkin jam 4 atau jam 5 berangkatnya,' katanya.

Saya saat itu merasa kesal juga, kenapa disuruh datang jam 2 siang kalau berangkat sore, ternyata bukan saya saja yang ikut bersama rombongan Kak Chan, tapi salah satu wartawan dari Media Center Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kak Rian juga bergabung dengan kami, ke Enggano.

Pukul 16.00 WIB, kapal juga tidak berlayar masih menunggu, mengeluarkan pisang Kepok dari Enggano ke Bengkulu yang begitu banyak, bahkan hampir 30 sampai 40 mobil truk besar, secara bergantian mengambil pisang tersebut. Perut sudah terasa lapar, ditambah di kapal rasanya sangat panas, bahkan ada aroma yang menyengat tidak enak di hirup. Saya bertanya lagi dengan Kak Chan, 'Belum berangkat juga kak?', dia menjawab, 'Sudah Magrib mungkin berangkatnya, nunggu pisang habis dulu didalam kapal,' ucapnya.

Menunggu dan menunggu hampir 8 jam menunggu, tepatnya jam 21.00 WIB, akhirnya kapal berlayar juga menuju pulau Enggano. Ternyata begini rasanya naik Kapal, ada rasa di ayun-ayun oleh air laut, hehehheheh. Tapi yang membuat saya merasa kesal didalam kapal, harga makanan disana cukup merogoh kocek yang dalam, harga Pop Mie saja disana Rp12 ribu, kalu ditambah telur Rp15 ribu, sedangkan harga kopi Rp5 ribu itupun ukuran aqua gelar kecil yang lima ratus rupiah jika didarat. Aqua sedang Rp5 ribu, makanan ringan seperti kacang, 3 bungkus Rp5 ribu.

Dalam hati saya, duit dibawa tidak seberapa, mendingan beli di luar baru dibawa makan ke kekapal, lebih murah harganya. Oh ya, saya lupa, untuk harga tiket naik kapal, yang kelas ekonomi Rp15 ribu, kalau Vip Rp50 ribu, difasitasi ruang AC dan lain-lain, nanti akan ada ditiket nomor untuk tidur di kasur yang ukuran kecil, tapi berdempet ke kasur lainnya. Hanya dihalangi oleh satu papan saja, terdapat dua tingkat. Saya dapat nomor 35 diatas. Lalu berayun-ayunlah saya menuju ke pulau Enggano. Lebih kurang hampir 12 jam perjalanan diayun-ayun diatas kapal perintis.

Jadi, didalam kapal, bagi yang kuat tidak mabuk bisa keatas kapal. Melihat lautan yang luas, ditemani bintang-bintang malam. Tapi bagi yang pemabuk, lebih baik diam di atas kasur yang sudah disediakan. Cuma harus siap-siap merasa kepanasan yang luar biasa. diibaratkan seperti ikan asin.

Jangan lupa jika naik kapal, jangan banyak bergerak kesana kemari dan lain-lain, cukup diam tidak usah banyak bergerak. Kalau suka diluar, siapkan karpet, pakai jaket, jangan lupa kopi makanan lainnya, karena cauca sangat dingin diatas kapal. Kalau dibawah, dalam kamar, rasakan sensasi panas yang luar biasa, walaupun ada kipas angin, tapi tidak berfungsi dengan baik. Pukul 09.00 WIB tanggal 20 Februari 2020, akhirnya sampai dipelabuhan Enggano, di Desa Malakoni. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: