Senator Riri Harapkan Solusi Terbaik Selesaikan Konflik Nelayan

Senator Riri Harapkan Solusi Terbaik Selesaikan Konflik Nelayan

RBO, BENGKULU - Percepat pemberian solusi atas konflik nelayan" Api dalam sekam kembali membara". Istilah itu nampak dalam peristiwa pertikaian para nelayan Desa Pasar Palik, Kecamatan Air Napal, terhadap masalah kapal trawl yang masih menangkap ikan di wilayah perairan Kabupaten Bengkulu Utara baru-baru ini. Senator muda

Anggota Dewan Republik Indonesia, Hj Riri Damayanti John Latief S.PSi, MM mengharapkan kepada stakeholder terkait untuk segera memberikan solusi atas konflik tersebut agar api yang membara bisa diredam sampai padam. "Konflik ini kan bukan sekali ini. Sudah pernah terjadi dan bukan hanya di satu tempat. Tak perlu mencari siapa yang salah. Mediasikan segera dan tuntaskan konflik ini hingga ke akarnya," ungkap Riri Damayanti kepada radarbengkuluonline.com, Selasa (29/12).

Riri meminta kepada Kementerian terkait untuk mengevaluasi keefektifan penggunaan anggaran yang selama ini ditunjukkan untuk nelayan. "Kenapa program-program yang selama ini berjalan seakan tak mampu meredam konflik nelayan yang terjadi berkepanjangan? Apa yang salah? Ini harus jadi catatan khusus untuk Pak Sakti Wahyu Trenggono yang baru saja dilantik," kata Riri Damayanti.

Kemudian pentingnya mencermati kembali kerumitan aturan-aturan yang terkait dengan kehidupan nelayan. "Harus ada perlakuan yang adil terhadap seluruh nelayan. Kalau ada pihak-pihak yang mampu membuktikan aturan-aturan yang ada sekarang lebih banyak mengakomodasi kepentingan asing ketimbang nelayan kecil, saya minta rekan-rekan di parlemen mempersoalkan hal ini," jelasnya.

Kakak Pembina Duta Generasi Berencana (GenRe) BKKBN Provinsi Bengkulu ini berharap agar model pembangunan kelautan ke depan harus benar-benar melibatkan nelayan tradisional beserta seluruh organisasinya.

"Jadi, program-program yang dikucurkan pemerintah bisa sama-sama diawasi dan benar-benar terasa manfaat. Sehingga, tidak ada lagi kecemburuan, kesalahpahaman atau segala sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik di tengah-tengah nelayan," tandas Riri Damayanti.

Data terhimpun, konflik antar nelayan di Bengkulu Utara mendorong aksi nelayan dalam bentuk penutupan jalan lintas barat oleh masyarakat yang mengatasnamakan dari 4 desa. Yaitu Desa Serangai, Desa Palik, Desa Ketahun dan Desa Putri Hijau.

Konflik yang sama di kawasan tersebut pernah terjadi pada tahun 2019 lalu. Antar nelayan bahkan dilaporkan saling baku tembak. Akibat konflik ini, ketegangan yang mencekam bukan hanya terjadi di perairan Laut Palik, Kabupaten Bengkulu Utara, namun juga terjadi kawasan Pulau Baai Kota Bengkulu.

Bahkan pada bulan Juli 2020 yang lalu, konflik antara nelayan juga sempat berkobar di Desa Pasar Seluma ketika puluhan kapal trawl memasuki kawasan pesisir pantai Seluma. (idn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: