Asdin Tak Mau Menyusahkan Orang
RBO >>> BENGKULU >>> Asdin (50) termasuk orang hebat. Walapun dengan kondisi yang cacat, penjual tahu Sumedang ini tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. ''Selagi saya masih bisa berusaha, saya akan coba lakukan hal ini sekuat tenaga. Sebab, saya tidak mau memyusahkan orang lain dengan kondisi yang seperti ini. Saya ini pantang menyerah dengan keadaannya,'' ujar Asdin yang yang sudah sejak tahun 2018 saat dihubungi radarbengkuluonline.com di Jl.Kalimantan, Rawa Makmur, di depan Pondok 19 kemarin.
Dia berjualan tahu Sumedang ini, lanjutnya, mengambil dari pabrik tahu Sumedang seharga Rp 4.000 per bungkus. Kemudian dijual dengan harga Rp 5.000. Dalam sehari itu, dia mengambil sebanyak 70 bungkus. Dengan demikian, dia hanya mendapatkan untung Rp 1.000 perbungkusnya.
''Terkadang hanya laku sekitar 25 bungkus sehari. Akan tetapi terkadang juga habis semua. Tidak itu saja, kadang banyak yang membeli dengan memberikan uang lebih. Ia berjualan itu mulai dari tempat lokasi penbammbilan di Rawa Makmur menuju Kampung Bali, Pantai Panjang, Sukarami, Lingkar Barat dan berbagai tempat lainnnya di daerah ini.
''Saya berjualan tahu Sumedang ini dengan berjalan kaki. Akan tetapi terkadang juga menggunakan angkot jika saya sudah lelah. Saya akan beristirahat kalau sudah tak kuat lagi. Setelah itu melanjutkan lagi berjualan.''
Dia berjualan tahu Sumedang ini untuk memenuhi kebutuhannya membayar uang kontrakan senilai Rp 350.000 dan kebutuhan yang lainnya. Terutama untuk kebutuhan makannya. Beliau juga bisa membeli tongkat untuk membantunya berjalan dari hasil berjualan tahu Sumedang ini. Jika tidak berjualan ini, dia tak dapat uang dan ia tidak bisa bekerja seperti layaknya orang lain dengan kondisinya yang cacat ini.
Sedihnya, dengan kondisinya yang cacat ini, dia hanya tinggal seorang diri. Kondisinya seperti ini, disebabkan kecelakaan saat waktu bekerja dulu sebagai pemotong rumput. Dari pekerjaan itu yang membuat nahas, itu akibat mesin rumput yang digunakannya itu merenggut kakinya yang disebabkan pisau mesin rumput itu patah terkena batu dan terpentallah ke kaki beliau. Sehingga membuat kakinya harus diamputasi. Dengan kondisinya seperti itu, istrinya meninggalkannya dalam keadaan baru 1 bulan sesudah diamputasi.
''Saya tidak tau alasan istri meninggalkan saya itu. Akan tetapi kami memiliki seorang anak perempuan. Dan anak pun tidak mengetahui bahwa ibunya telah meninggalkan ayahnya disaat kondisinya cacat. Anaknya kini tinggal bersama neneknya. Sekarang anaknya sudah bekeluarga. Terkadang anak saya melihat saya pada saat lebaran.''
Walapun dengan kondisinya cacat, beliau tidak ingin sekali mengeluh dan berputus asa dengan kondisinya. Dia tidak ingin menyusahkan orang lain. Apalagi meminta- minta di jalanan. Dia lebih bangga tetap berusaha dengan kondisinya yang sekarang.
Harapan Asdin kepada pemerintah, terutama Dinas Sosial Kota Bengkulu agar bisa memberikan bantuan. Sebab, dengan kondisinya cacat sudah selama 3 tahun ia agak susah mencari uang dan memenuhi kebutuhan hidup lainnnya.''Saya berharap semoga saja usaha lancar dan rezekinya tetap lancar, sehingga bisa memenuhi kebutuhannya,'' ujarnya dengan tatapan sedih.(Mg-1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: