Bupati Mukomuko Minta Maaf Kepada Keluarga Buruh Tani
Gara-Gara Insiden di RSUD
RBO >>> MUKOMUKO >>> Bupati Mukomuko, H. Sapuan, SE., MM., Ak., CA., CPA meminta maaf kepada masyarakat, khususnya kepada keluarga seorang buruh tani tukang dodos sawit alias buruh panen. Bupati minta maaf atas insiden yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selasa (3/8) lalu.
Buruh tani itu adalah Soni Efendi (42), warga Desa Dusun Baru Pelokan, Kecamatan XIV Koto. Dimana Soni mengalami kejadian tidak mengenakan. Jenazah istrinya bernama Ompilawati (38) yang meninggal di RSUD Mukomuko terpaksa dibawa pulang menggunakan sepeda motor. "Kalau ada kelalaian dari petugas kami (dari peristiwa itu) kami mohon maaf," sampai Bupati ketika dimintai tanggapan, kemarin.
Menurut Bupati, dalam melaksanakan pelayanan, khususnya pelayanan kesehatan penting pagi petugas mengedepankan aspek kemanusiaan. Mengenai persoalan insiden tersebut, Bupati mengatakan, ia akan mengecek ke RSUD guna mengetahui persoalan apa yang sebenarnya terjadi. "Tentu akan kita cek langsung. Sebenarnya persoalan apa yang terjadi. Kalau memang ada kelalaian petugas pasti akan kami tegur. Kami berharap hal-hal seperti ini tidak lagi terulang kedepan," kata Sapuan kepada radarbengkuluonline.com tadi siang.
Ditanya apakah ada rencana Bupati untuk mengunjungi langsung keluarga Soni, dikatakannnya ada. "Rencananya kunjungan langsung ada," pungkasnya.
Sebelumnya, kejadian memilukan menimpa keluarga Soni Efendi. Jenazah istrinya terpaksa dibawa pulang menggunakan sepeda motor dari RSUD ke kediamannya di Desa Pelokan, yang berjarak lebih kurang 20 kilometer. Video amatir saat pihak keluarga mengambil jenazah di kamar mayat dan dibawa ke sebuah sepeda motor sontak viral dan menjadi perbincangan hangat. Peristiwa ini mendapat ragam komentar. Banyak yang melempar kekecewaan kepada pihak RSUD Mukomuko. Salah satunya Ketua DPRD Mukomuko, M. Ali Saftaini, SE.
Sementara, Direktur RSUD Mukomuko, dr. Syafriadi, Sp.PD mengatakan, kejadian itu hanya mis komunikasi antara petugas RSUD dan pihak keluarga. Jenazah memang sempat akan dilakukan pemulasaraan standar Covid-19. Karena yang bersangkutan, berdasarkan pemeriksaan rapid Antigen dinyatakan positif.
Dikatakan Direktur, mulanya keluarga sudah setuju jenazah dimakamkan standar Covid. Akan tetapi, petugas yang mengurusi jenazah tidak standby karena kejadian malam hari. Jadi, petugas harus dihubungi dulu. "Setelah saya klarifikasi dengan petugas-petugas, menurut penilaian saya, pihak keluarga tidak sabar. Kita akui petugas yang mengurus jenazah tidak standby. Harus dihubungi dulu," ungkapnya.
Ia menegaskan, RSUD sangat siap memberikan pelayanan berupa ambulance bagi pasien yang meninggal di RSUD Mukomuko. Mobil Ambulance standby 24 jam. Untuk pemulasaraan pasien Covid juga tidak ada kendala. Peti dan perlengkapan dibutuhkan semua tersedia. "Tidak benar jika ada yang mengatakan RSUD enggan memfasilitasi ambulance. Menurut saya, kejadian ini karena ada mis komunikasi," tegas Syafriadi. (sam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: