Bupati Sapuan Harapkan Acara Doa Syukuran Pantai Dilaksanakan Tiap Tahun

Bupati Sapuan Harapkan Acara Doa Syukuran Pantai Dilaksanakan Tiap Tahun

RBO >>> MUKOMUKO >>>  Bupati Mukomuko, H. Sapuan, SE., MM., Ak., CA., CPA dan Wakil Bupati, Wasri mengikuti acara Doa Syukuran Pantai yang diselenggarakan nelayan Kota Mukomuko. Kegiatan ini dilaksanakan Rabu (18/8) di Pos Polairud Polres Mukomuko yang berada tidak jauh dari muara Sungai Selagan, Pantai Indah Mukomuko, Kelihatan Koto Jaya, Kota Mukomuko.

Kedatangan Bupati dan Wakil Bupati secara langsung pada kegiatan tersebut disambut hangat Kepala Kaum Seandeko dan tokoh-tokoh adat di Kota Mukomuko. Sebab, ini bukti Pemerintah Kabupaten Mukomuko "hadir" dan peduli dengan adat istiadat yang dipegang masyarakat setempat.

Kehadiran Pemkab Mukomuko pada kegiatan itu, membawa angin segar dan memacu semangat masyarakat nelayan untuk sedapat mungkin melaksanakan kegiatan Doa Syukuran Pantai setiap tahun. Pasalnya, doa yang menjadi adat masyarakat nelayan Kota Mukomuko itu, sudah kurun waktu 2 tahun terakhir tidak dilaksanakan karena beberapa faktor. Kondisi itu sempat membuat para pemuka adat risau.

Usai tahlil, berdoa, dan makan bersama, Bupati Sapuan menyampaikan sambutan. Dalam sambutannya, Bupati berharap, ritual doa syukuran pantai ini dapat dilaksanakan setiap tahun. Doa yang dilaksanakan masyarakat nelayan Kota Mukomuko ini, kata Sapuan, menyimpan makna yang kuat. Kegiatan ini wujud dari rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT melalui alam Mukomuko, khususnya laut. Terselenggaranya kegiatan ini, cerminan kalau masyarakat nelayan menjunjung tinggi kegotongroyongan. Sebab, "Saya lihat pelaksanaannya diselenggarakan secara bersama-sama. Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, hingga anak-anak. Ibu-Ibunya bertugas masak, Bapak-Bapak menyiapkan tempat, anak-anak turut membantu, inilah kekompakan, inilah kegotongroyongan. Masakan Ibu-Ibu nelayan suguh lezat. Untuk semua ini saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah menyelenggarakan kegiatan ini."

Melalui doa yang kita panjatkan tadi, lanjut Bupati, harapannya hasil tangkapan nelayan Mukomuko meningkat, sehingga mampu mendongkrak perekonomian. Melalui doa pula, kita memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar nelayan-nelayan Mukomuko dijauhkan dari balak. "Sebagaimana kita ketahui, perairan Mukomuko merupakan laut yang cukup ekstrem. Namun, dengan doa yang kita panjat ini, harapan saya dan kita semua, mudah-mudahan nelayan kita dijauhkan dari bahaya saat melaut yang selalu mengintai."

Ia juga mengimbau agar para nelayan menghormati hukum-hukum yang telah disepakati. Termasuk hukum adat. Adat mengatur berbagai tata cara melaut itu, tidak lain untuk menjaga alam demi keberlangsungan anak cucu nanti. "Atas nama pribadi dan pemerintah daerah, saya minta maaf mana kala ada kekurangan dan kesalahan dalam memberi perhatian kepada masyarakat nelayan di Kota Mukomuko."

Tokoh Adat Kota Mukomuko, Sultan Harbi mengapresiasi sikap Bupati Mukomuko yang telah memberi perhatian terhadap adat masyarakat nelayan Kota Mukomuko. Tentu ini akan menjadi tonggak mengembalikan tatacara adat ke tengah masyarakat Mukomuko, khususnya masyarakat nelayan. "Inilah yang kami harapkan. Sudah lama kami menanti momen ini. Kegiatan Doa Syukur Pantai ini sudah 2 atau 3 tahun dilaksanakan. Dengan adanya perhatian dari Pemkab Mukomuko ini, kami berkomitmen kegiatan ini akan dilaksanakan setiap tahun. Kami sudah resah, dan sempat ingin protes karena Doa Syukuran Pantai ini tidak lagi dilaksanakan. Tapi Alhamdulillah, tahun ini dapat kita laksanakan sesuai dengan kebiasaan terdahulu, yakni di Bulan Muharam Tahun Hijriah," sambung Sultan.

Ia bersama penghulu adat lain siap mendorong tata cara adat untuk nelayan di Kota Mukomuko kembali diterapkan dan harus dijunjung tinggi. Ia yakin dengan batuan dan sentuhan langsung Pemkab Mukomuko, khususnya Bupati dan Wakil Bupati, niat mengembalikan tata cara adat itu dapat terwujud.

"Sebetulnya banyak tata cara melaut yang diatur adat, tapi sekarang berangsur ditinggalkan. Seperti tidak boleh melaut saat hari Jumat, tidak boleh melaut kalau ada musibah kematian sebelum Fardu Kipayah ditunaikan, tidak boleh melaut malam hari, dan banyak lagi. Ini lah yang mau kami terapkan lagi. Saya yakin ini bisa kita terapkan lagi, tentu dengan dorongan Pemkab," demikian Sultan. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: