Ini Dia Orang Bengkulu Yang Namanya Tersangkut di Jalan   (3)

Ini Dia  Orang Bengkulu Yang Namanya Tersangkut  di Jalan   (3)

 radarbengkuluonline.com - JALAN di Kota  Bengkulu ini banyak sekali.  Nama jalannya juga demikian . Pembaca sudah tahu lah itu. Ada jalan yang bersangkutan  nama burung, nama buah, nama sungai, nama pulau, nama bunga, nama pohon, bahkan nama orang. Soal nama orang ini,  juga banyak. Termasuk nama orang Bengkulu. Ini harus diketahui warga Bengkulu semua. Termasuk pelajar, mahasiswa, guru,dosen. Bila perlu, guru, kepala sekolah, dosen, rektor menyebarkan informasi ini ke grup WA mereka masing-masing agar semuanya tahu. Siapa saja namanya ya? Mau tahu! Silakan baca laporan kedua wartawan radarbengkuluonline.com yang sudah lulus Uji Kompetisi Wartawan (UKW)   di bawah ini.

AZMALIAR ZAROS - Kota  Bengkulu

Indera Tjaja, Tiang dan Nama Jalannya  Entah Kemana 

Menurut Ketua Kerukunan Tabot Bengkulu, Ir. Syiafril Syahbudin, dan dilengkapi data dari Ketua Sejarawan Indonesia Provinsi Bengkulu, Drs. Agus Setiyanto M.Hum dan MZ Ranni, Indera Tjaja merupakan salah seorang tokoh pejuang Bengkulu. Ia orang hebat waktu itu. Bahkan,  ia pernah diangkat jadi Residen Bengkulu.

Ia lahir di Peramu’an (sekarang berlokasi di Jalan Suprapto) tahun 1905. Ia anak ketujuh dari tujuh bersaudara. Ayahnya bernama Mahmud Tjaja dan ibunya bernama Salma. Ayahnya seorang ambtenaar yang menjabat sebagai penilik sekolah pada zaman kolonial Belanda.

Ia memiliki reputasi perjuangan di tingkat nasional. Terutama disaat bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Karena semangat juangnya yang begitu tinggi, maka dia akhirnya diangkat jadi Residen Bengkulu. Sebab, saat penjajahan Belanda, Inggris, Jepang Bengkulu termasuk daerah residen. Residen itu sudah lama terbentuk. Namun secara resmi Residen Bengkulu dibentuk oleh Pemerintah RI semenjak tanggal 12 Oktober 1945. SILAHKAN BACA INI: Gubernur Optimis Pembangunan KEK Pulau Baai Segera Terwujud

Keresiden Bengkulu ini terdiri dari daerah Bengkulu. Kemudian, ditambah dengan daerah Krui, Tanjung Sakti dan Muara Sindang. Akan tetapi pada masa pendudukan Jepang dan masa revolusi bersenjata, daerah Krui, Tanjung Sakti dan Muara Sindang masuk dalam susunan keresidenan Palembang dan Lampung.

Indera Tjaja termasuk salah satu tokoh penting di Bengkulu dalam membela tanah air. Terutama di Bengkulu.Pada saat berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah diketahui oleh warga, orang Jepang yang ada di Bengkulu masih tetap bercokol. Mereka masih tetap ingin berkuasa di Bengkulu. Dia tidak tinggal diam. Dia terus berjuang dan mencari langkah-langkah yang tepat untuk mengusir penjajah tersebut. BACA JUGA INI: Ini Pesan Kadis Dikbud Kota Bengkulu Untuk Dunia Pendidikan

Untuk itu, Residen Bengkulu yang diangkat jadi Residen tahun 1945, yaitu masa kemerdekaan RI ini bersama para pejuang, dan tokoh masyarakat Bengkulu mengadakan mufakat. Mereka memutuskan untuk mengadakan mogok umum secara serentak. PKR diberi tugas untuk mengawasi hal tersebut agar berjalan lancar. Pada tanggal 25 Oktober 1945 diberikan isyarat bahwa tanggal 26 Oktober 1945 dilaksanakan pemogokan mulai pukul 00.05 pagi sampai selesai. Seluruh warga disuruh melakukan blokade dengan Jepang. Hubungan dengan Jepang dihentikan. Orang Indonesia yang bekerja dengan Jepang tidak boleh masuk kerja. Barang-barang tidak boleh dijual dengan Jepang. Termasuk orang Cina juga dilarang menjual barang dengan orang Jepang.

Upaya ini rupanya cukup berhasil. Jepang akhirnya mengirim utusan untuk berdamai. Pada tanggal 27 Oktober 1945, di serambi depan kantor Residen Bengkulu terjadilah upacara penyerahan resmi dari Jepang kepada pemerintahan RI untuk daerah Bengkulu. Bekas Residen Jepang, Syucokang, Z. Inomata sendiri melakukan penyerahan atau timbang terima. Sedangkan dari pemerintah RI diwakili Residen Bengkulu, Ir Indera Tjaja beserta beberapa pimpinan rakyat.

Selain itu, pada zaman pendudukan militer Jepang di Bengkulu, dia juga memiliki perusahaan perkapalan di Pondok Besi, mendirikan pabrik tenun di Simpang Pasar Bengkulu, membentuk koperasi nelayan. SILAHKAN BACA JUGA: Ini Dia Orang Bengkulu Yang Tersangkut Namanya di Jalan   (2)

Meskipun menjadi Residen Bengkulu tidak sampai setahun, yaitu 3 Oktober 1945 sampai 21 Maret 1946, namun semangat juangnya tidak kendur. Dia malah tetap semangat. Akhirnya dia ditarik oleh Mr Tengku Mohamad Hasan untuk menjadi Wakil Gubernur Sumatera (1946-1947) yang berpusat di Pematang Siantar. Ia mempunyai tugas khusus menyusun upaya sentralisasi dari administrasi pemerintahan Sumatera ke Pematang Siantar sebagai ibukota Provinsi Sumatera.

Di samping tugas khusus, beliau tetap aktif berjuang di daerah tersebut. Bahkan beliau dipercaya menjadi penengah dalam gencatan senjata antara para pejuang yang tergabung dalam Laskar Mujahidin dan laskar lainnya dengan pihak tentara Inggris di wilayah Sumatera.

Pada tahun 1948, di Sumatera terbentuk Komisariat Pemerintah Pusat Negara RI yang berpusat di Bukittinggi, Sumatera Barat di bawah pimpinan Mr Tengku Mohammad Hasan. Sedangkan Indera Tjaja ditunjuk sebagai Kepala Jawabatan Perhubungan Sumatera. Pada tahun itu juga dia dipanggil ke Jogja untuk ikut perundingan Renville. Karena perundingan mengalami jalan buntu, beliau ditarik lagi ke Bukittinggi. BACA JUGA: Surat Khusus dari Kemendagri Sudah Ditindaklanjuti Bupati Mukomuko

Ketika Bukittinggi diserbu musuh tanggal 19 Desember 1948, beliau dan para pejabat komisariat serta pejuang lainnya menarik diri ke perkebunan Halaban. 22 Desember 1948, kemudian dilakukan musyawarah menetapkan personalia Kabinet Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera dengan Ketua Mr Sjarifuddin Prawiranegara merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan dan Menteri Luar Negeri adinterin. Sedangkan Indera Tjaja yang meninggal tahun 1961 di Palembang menjabat Menteri Perhubungan merangkap Menteri Kemakmuran.

Atas jasa putra Bengkulu yang menempuh pendidikan di Hollandsch Islandsch School (HIS) di Bengkulu, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Jakarta dan Algemeene Middelbare School (AMS) dan sekolah di Technische Hogeschool di Bandung (sekarang ITB) dan meraih gelar insinyur tahun 1935 itu, maka namanya diusulkan untuk jadi nama jalan di Kota Bengkulu. Saran itu diterima oleh pemerintah daerah pada masa itu. Nama jalan itu dibuat di depan halaman Balai Raya Semarak, rumah dinas kediaman Gubernur Bengkulu saat ini. Sayangnya, papan nama jalan Indera Tjaja itu saat ini tidak nampak lagi terpasang.

Jalan Indera Tjaja ini menghadap Lapangan Merdeka dan Jalan Raden Hadi. Yaitu hanya di  Balai Raya. Mulai dari samping Jalan Hazairin, depan Gereja terus ke depan pintu masuk Balai Raya-belok ke kanan melingkar ke arah Mes Pemda Provinsi Bengkulu. Itu saja. Jalannya pendek sekali. Sama panjangnnya dengan Jalan Raden Hadi. Sedangkan jalan-jalan lain jaraknya cukup panjang. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: