Muhasabah Diri di Penghujung Tahun
Ustadz Mawardi, M.Pd.I-Adam-
Dari : Masjid Al-Amin Kelurahan Kandang Kota Bengkulu
Oleh : Ustadz Mawardi, M.Pd.I
(Dosen UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu dan Guru SMKN 2 Kota Bengkulu).
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
RADARBENGKULUONLINE.COM - Alhamdulillah kita telah sama-sama meniti dan melalui bersama-sama bulan ke bulan bahkan berganti tahun, hingga akhirnya kita berada di penghujung tahun.
Lalu apa yang ada dalam tujuan hidup kita dan tujuan Allah SWT menciptakan kita? Itu tak lain dan tak bukan hanya untuk beribadah apapun bentuknya, merupakan aktivitas maupun rutinitas, aksi ataupun profesi dalam hidup kita.
Untuk itu, sebentar lagi kita pun akan memasuki bulan baru dan tahun baru masehi. Oleh karenanya, tidak ada salahnya kita terus melakukan muhasabatunnapsi atau introspeksi diri apa yang kita lakukan selama satu tahun berlalu dan bahkan persiapan tahun kedepannya sehingga dapat menjadi pijakan kita dalam melangkah tahun-tahun berikutnya.
Maasyiral muslimimun rahimakumullah...
Dalam rangka hal tersebut, kiranya pantas kita mengingat kembali pesan Sayyidina Ali karramallahu wajhah, sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar al-Asqalani :
"Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah SWT, dan jadilah manusia yang paling jelek dalam pandangan dirimu, serta jadilah manusia biasa di hadapan orang lain.”
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Pesan ini memberikan arahan yang sangat luar biasa bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan dunia, demi memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Pertama, kita diharapkan terus meningkatkan ketakwaan dan amal kebaikan di hadapan Allah Subhanahu wata‘ala.
Menjalankan perintah-Nya dan sedapat mungkin menjauhi apa yang menjadi pantangan atau larangan dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama. Sehingga, kita bisa menjadi manusia yang baik di sisi-Nya.
Kedua, kita harus merasa kurang atas amal kebaikan yang kita lakukan dengan terus merasa diri kita jelek. Hal ini bukan berarti merendahkan diri, namun untuk menjauhkan kita dari sikap ujub (sombong), riya (pamer), dan sum’ah (mengharap pujian orang lain).
Ketiga, kita harus menundukkan diri di hadapan orang lain dengan tidak merasa lebih baik. Mungkin banyak diantara kita ketika melihat orang lain, merasa dirinya lebih baik atau lebih mulia.
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Lantas bagaimana kita mampu mendorong diri kita untuk terus berbuat kebaikan tersebut ? Syekh Abdul Qadir al-Jailani memiliki tips sederhana yang dapat kita lakukan dalam keseharian kita.
Diantaranya yakni jika kita melihat orang lain hendaknya kita memandangnya bahwa dia memiliki kelebihan daripada diri kita sendiri. Mungkin dia lebih bertakwa, lebih banyak amal kebajikannya, lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah Subhanahu wata‘ala.
BACA JUGA:Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (6)
Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Instrospeksi diri bukan hanya dilakukan sekali. Namun harus menjadi bagian yang tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari.
Muhasabah adalah cara mengendalikan hidup kita, yang akan memiliki efek luar biasa pada diri kita, keluarga, dan lebih luas lagi pada masyarakat.
Keteledoran kita untuk melakukan introspeksi bukan hanya dapat mengakibatkan kerusakan pada kehidupan kita, tetapi juga kehidupan yang lebih luas. Yakni keluarga dan masyarakat.
BACA JUGA:Anak-Anak Seluma Masuk Pengurus Partai Politik
Rasulullah SAW bersabda :
"Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah” (HR Ahmad).
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mampu terus introspeksi dan berbenah diri. Sehingga kita mampu menjadi penyokong tumbuhnya keluarga dan masyarakat yang baik menuju baldatunn thayyibatunn warabbun ghafuur.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: