Kritis, Mayoritas Pelanggan PDAM Ogah Bayar Tagihan

Kritis, Mayoritas Pelanggan PDAM Ogah Bayar Tagihan

Petugas PDAM Tirta Selagan Mukomuko berupaya memperbaiki pipa saluran air. ist doc PDAM-Seno/Ist-

 

 

MUKOMUKO, RADARBENGKULUONLINE.COM - Duit alias keuangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Selagan Mukomuko kritis. Akibatnya, PDAM sulit untuk berkembang. Jangankan berkembang untuk "bertahan hidup" saja, napas perusahaan daerah ini tersengal-sengal. Hal ini diutarakan Direktur PDAM Tirta Selagan Mukomuko, Sondri.

Dijelaskannya, satu-satunya sumber keuangan PDAM Mukomuko saat ini yaitu berasal dari tagihan rekening bulanan dari pelanggan. Hanya saja, mayoritas pelanggan masih enggan membayar tagihan bulanan.

Yang terjadi, perusahaan "plat merah" ini tidak mampu membayar gaji sejumlah karyawan  yang telah ditentukan sesuai dengan jabatan. Karyawan paling diberikan pinjaman jika uang sudah tersedia di kas.

"Mau gimana lagi. Itulah yang kondisi keuangan PDAM. Jadai belum ada karyawan menerim gaji full. Mulai dari Direktur sampai ke bawah," ungkap Sondri, dikonfirmasi Senin (9/1).

Dijelaskannya, pelanggan PDAM Mukomuko saat ini ada sebanyak 2.338 saluran rumah (SR). Dari total pelanggan itu, jika pemakaian air dirata-ratakan 10 meter kubik ditambah beban, maka tagihan per pelanggan bisa sebesar Rp 45.000 per bulan.

BACA JUGA:Siswa Bisa Sekolah Gratis Sampai Tamat di SMK IT AL Malik , Ini Syaratnya

Dengan tagihan rata-rata Rp 45.000 per pelanggan, seharusnya uang yang masuk ke PDAM Tirta Selagan Mukomuko bisa mencapai Rp 105.000.000 per bulan.

"Kalau itu saja terealisasi, maka sangat cukup. Bakan berlebih untuk membayar gaji karyawan, biaya perawatan, termasuk juga untuk pengembangan pelanggan. Kalau gaji karyawan itu butuh sekitar Rp 35 juta per bulan dengan total 17 karyawan," bebernya.

Sangat disayangkan, realisasi penagihan rekening PDAM sangat kecil. Tak sampai 30 persen yang seharusnya bisa diterima PDAM. "Belum pernah ada, sejak saya Direktur, tagihan itu sampai Rp 30 juta sebulan. Bahkan ada yang cuma terealisasi Rp 12 juta sebulan. Jadi kami sangat kesulitan," sampai Sondri.

Ada beberapa kendala yang menjadi penyebab sulitnya melakukan penagihan kepada pelanggan PDAM. Pertama tentu ditenggarai kesadaran dari pelanggan itu sendiri yang ogah-ogahan membayar tagihan.

BACA JUGA:Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (31-Tamat), 24 Juni 1914 Bangkahulu Digoncang Gempa

Penyebab berikutnya, dari 2.338 pelanggan yang ada saat ini, lebih dari setengahnya tidak lagi memiliki water meter (alat ukur kubikasi pemakaian air). Tidak adanya water meter disaluran rumah pelanggan ini ada dua sebab. "Sebab internal, karena dulu ada pemasangan ilegal dari oknum PDAM sendiri. Ada juga faktor eksternal, itu akibat rusak karena dimakan usia," beber Sondri lagi.

Terhadap pelanggan yang tidak memiliki water meter, PDAM hanya menagih biaya beban yakni sebesar Rp 15.000 setiap bulan. Ini saja petugas penagih masih mendapati penolakan.

"Jangankan menagih pelanggan yang tidak ada water meter. Yang jelas ada water meter saja sulit kami tagih. Ada sih sedikit pelanggan non water meter ini mau bayar, tapi masih banyak yang tidak mau bayar. Ada juga pelanggan beralasan air ini dari alam jadi milik bersama. Hal-hal semacam ini benar-benar jadi kendala bagi kami," ujarnya.

Kendati demikian, tambah Sondri, selaku pimpinan PDAM Tirta Selagan, ia masih berkomitmen untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan. Minimal menjaga air terus mengalir ke rumah pelanggan.

"Alhamdulillah, masih ada karyawan yang memiliki rasa tanggungjawab meski gaji mereka tidak jelas. Kalau ada kerusakan, mereka masih mau memperbaiki. Sehingga air masih terus mengalir. Itulah yang bisa kami lakukan saat ini. Kalau untuk pengembangan pelanggan. Dengan kondisi sekarang kami belum bisa berbuat banyak," demikian Sondri. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: