Prinsip Bekerja dan Berusaha dalam Islam
Dr. Nur Hidayat, M.Ag-Adam-radarbengkulu.disway.id
Banyak orang yang melakukan berbagai cara untuk mencari keuntungan besar tanpa memperdulikan hak orang lain. Seorang pedagang sering mempermainkan timbangan untuk mendapat keuntungan. Mengenai hal tersebut Allah mengingatkan dalam surat al-Mutaffifin ayat 1-3 yang artinya:
“Celaka bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain minta dipenuhi tetapi jika menakar untuk orang lain selalu mengurangi.”
4. USAHA DAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN TIDAK BOLEH MELALAIKAN ALLAH
Pekerjaan dan aktivitas padat yang dilakukan seseorang seringkali menyita waktu hingga melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah. Seorang mukmin sejati, hiruk pikuk dunia tidak akan menjadikannya lupa kepada Allah, tetapi sebaliknya sepenjang ia bekerja akan selalu ingat kepadaNya, sehingga tidak membabi buta.
Dalam hal ini Allah berfirman yang artinya:
“Apabila salat telah ditunaikan, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”
Dalam ayat ini, perintah mengingat Allah yang ditempatkan setelah perintah bekerja adalah karena kesibukan manusia dalam bekerja dan berusaha sering menjadikannya lupa kepada Allah dan kewajiban yang harus ditunaikan, bahkan banyak yang tidak sempat melaksanakan salat. Oleh karena itu, Allah mengingatkan agar pekerjaan yang dilakukan tidak boleh melalaikannya dari Allah.
5. BERSYUKUR TERHADAP PENGHASILAN YANG DIPEROLEH
Harta yang barokah bukanlah ditentukan oleh banyak atau sedikitnya penghasilan, tetapi sejauh mana kita mensyukurinya. Bersyukur merupakan kewajiban manusia terhadap rezeki yang diperolehnya sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambah nikmatku, namun jika kufur, maka ingatlah azabku amat pedih.”(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: https://radarbengkulu.disway.id