Toleransi dalam Agama Islam

Toleransi dalam Agama Islam

Madsani, S.Ag-Adam-radarbengkulu

radarbengkuluonline.id -- Para pembaca  rahimakumullah , tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari Jumat lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Jumat untuk pembaca semua. Judulnya, Toleransi dalam Agama Islam.

Materi ini ditulis oleh  Ustadz   Madsani, S.Ag . Ia adalah Khatib Masjid Besar Al-Amin Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Besar Al-Amin, Jalan RE Martadinata Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu.

 

Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.

 

Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah

Puji Syukur Alkhamdulillah mari kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala yang dengan karunia-Nya kita semua dalam keadaan Islam dan beriman kepada- Nya. Semoga kita senantiasa beribadah dengan ikhlas karena Allah SWT. 

Sebagai wujud syukur tersebut, mari kita selalu memotivasi diri untuk meraih gelar terbaik. Yakni muttaqin, sebagai puncak dari semua tujuan ibadah kita. Dengan ketakwaan yang terus-menerus dijaga niscaya hal itu akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan hakiki dalam kehidupan di dunia dan akhirat. 

 

Pada kesempatan ini, khatib akan menyampaikan khutbah tentang Memahami toleransi dalam agama Islam. Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wata’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Kafirun ayat 1-6, yang artinya:

1. “Katakanlah, '' Hai orang -orang kafir. 2.  Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah  Tuhan yang aku sembah.  4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kalian sembah. 5. Dan kamu  tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmulah   agamamu, dan untukkulah agamaku.” 

 

Ayat di atas turun ketika tokoh-tokoh Quraisy, yaitu: Walid bin Mughirah, ‘Ashi bin Wa’il, Aswad bin Muthalib, dan Umayyah bin Khalaf bertemu Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dan mereka berkata: “Hai Muhammad, Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah, dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah, dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah yang memimpin kami”. 

Maka turunlah surah di atas, untuk menegaskan bahwa umat Islam hendaknya memiliki keteguhan akidah, dengan tetap menjunjung tinggi toleransi beragama, tanpa mencampur-adukkan ajaran masing-masing agama dan menghormati hak orang lain untuk beribadah sesuai tuntunan dan kepercayaan agamanya tetapi tidak harus mengikutinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu