Beriman, Berpuasa, Berperilaku Ihsan, dan Kontribusinya Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Beriman, Berpuasa, Berperilaku Ihsan, dan Kontribusinya Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Prof. Dr. H. Mawardi Lubis M.Pd -Adam-radarbengkulu

 

Begitu juga halnya dengan konsep kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana ada empat dimensi yang menjadi penentu dan memiliki pengaruh yang sangat urgent terhadap kehidupan seseorang dalam berbangsa dan bernegara, yang dikenal dengan empat pilar kebangsaan.

 

Yakni Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ketika empat pilar kebangsaan tersebut berada pada posisi linier dalam kehidupan seseorang, maka seseorang akan memiliki banyak kontribusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun sering terjadi sebaliknya, dimana seseorang belum mampu untuk menjadi warga negara yang menjadikan empat pilar kebangsaan sebagai sesuatu yang linier dalam kehidupannya.

 

Sebagaimana dijelaskan di atas, berpuasa di bulan suci Ramadan merupakan salah satu kewajiban dan pertanda (indikator) seseorang disebut sebagai orang yang beriman (mukmin/mukminat), yang akan mengantarkan dia menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah Swt (ikhlas dalam melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi laranganNya) sebagai buah/hasil dari iman dan ibadah puasa (ihsan) (Q.S : 2, Al-Baaqarah, ayat 183).

Oleh karena itu, ketika seorang mukmin/mukminat menjalankan ibadah puasa, dia dituntut untuk mengikuti aturan Allah Swt dan Rasulullah Saw.

 

Orang yang berpuasa wajib memenuhi syarat, rukun, dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa serta termasuk menjaga diri hal-hal yang bisa merusak pahala puasanya atau memelihara lidah dan anggota badannya dari semua kekejian dan pelanggaran-pelanggaran.

Seperti tidak boleh berkata kotor, marah-marah (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah), tidak boleh berbohong, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, sumpah palsu, dan melihat lawan jenis dengan syahwat (nafsu) (Hadits dari Anas bin Malik). 

 

Artinya, orang yang berpuasa adalah orang yang berusaha melatih, mendidik, dan membiasakan dirinya untuk berprilaku terpuji/mulia (al-akhlaq al- madzmumah/al-karimah) dengan sebutan lain berperilaku ihsan. 

Oleh karena itu, orang yang berpuasa memiliki peluang besar untuk menjadi warga negara yang baik, yang dapat memberikan kontribusi atau manfaat yang luar biasa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu