Membangun Spirit Ketaqwaan di Tahun Baru 1446 Hijriah
Armin Tedy, M. Ag-Adam-radarbengkulu
Alkisah, suatu hari Sayyidina Umar bin Khattab berkeliling meninjau wilayah perkampungannya. Di tengah perjalanan, Umar melihat seorang budak kecil yang sedang menggembala puluhan kambing.
Dalam benaknya, Umar ingin menguji kepintaran budak kecil si penggembala kambing tersebut. Umar lalu mendekati budak itu dan mengutarakan niatnya untuk membeli seekor kambing yang digembala si bocah.
“Nak, kambingmu saya beli satu boleh?” tanya Umar mengawali perbincangannya.
“Saya ini budak. Saya tidak memiliki kewenangan untuk menjual kambing ini. Semua kambing milik majikan saya tuan,”jawab si penggembala dengan kejujurannya.
“Meski milik majikanmu, kalau saya beli satu nanti kamu laporan kepada majikan bahwa kambing yang kamu gembala dimakan macan satu ekor,” timpal Umar menguji dengan pura-pura mengajari sikap berbohong.
Dalam pikiran umar, si budak ini pasti akan melepaskan satu ekor untuk dijual kepadanya. Namun tak diduga si Budak kecil ini memberikan jawaban lain.
“Saya tidak mau melakukan itu tuan. Karena, semuanya nanti bisa kelihatan. Meski juragan (pemilik kambing) tidak tahu, tetapi Allah akan mengerti dan mengetahui yang saya lakukan,” jawab si budak tegas.
Mendengar jawaban itu, Sayyidina Umar seketika menangis seraya menepuk-nepuk bangga di pundak punggung si budak.
Dari peristiwa ini, Sayyidina Umar mendapat ilmu dari bocah penggembala. Hikmah kisah ini adalah bahwa Allah itu Maha Tahu. Jadi manusia berbuat apapun meskipun tidak diketahui siapapun, namun Allah Maha Tahu. Inilah hikmah ketika sifat Muroqobah sudah tertanam dalam diri seseorang.
Ketiga; Muhasabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu