KHUTBAH IDUL FITRI: Makna Hari Kemenangan Hakiki

H. Henderi Kusmidi-Adam-radarbengkulu
اللهُ أَكْبَرُ ٣×، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral muslimin wal muslimat
Jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah. Lalu, apakah jika kita sudah melakukan banyak ibadah selama Ramadhan sudah selesai begitu saja ? Tentu tidak, kita harus menanamkan prinsip khauf dan raja’.
Khauf adalah kekhawatiran apakah ibadah kita diterima oleh Allah SWT atau tidak, sehingga kita tidak boleh puas dan berbangga diri dengan pencapaian ibadah yang telah dilakukan.
Sementara raja’ adalah sikap optimisme bahwa Allah SWT dengan sifat kasih sayang-Nya pasti mau menerima amal ibadah yang kita lakukan. Saat Ramadhan berlalu, kita pun harus menerapkan dua sikap ini secara proporsional atau berimbang.
Orang yang ibadahnya tidak didasari sifat khauf akan terlalu percaya diri dengan ibadah yang telah dilakukannya sehingga dikhawatirkan merasa cukup dengan amal yang telah dilakukan.
Sementara sifat raja’ diperlukan agar kita tidak putus asa kepada Allah SWT. Sifat raja’ ini dilakukan dengan rasa optimis bahwa Allah SWT menerima ibadah yang telah kita perbuat. Sebab, Allah SWT sesuai perasangka hamba-Nya.
Imam Al-Ghazali berpesan agar setiap selesai berbuka puasa kita menerapkan sikap khauf dan raja’ terhadap puasa yang sudah kita laksanakan. Untuk satu ibadah berupa puasa saja perlu ditanamkan prinsip ini apalagi setelah selesai selesai satu bulan dengan segala amalan sunah di dalamnya.
Bayangkan, orang yang sudah beribadah maksimal saja tidak boleh berbangga diri dan terlalu percaya diri dengan amalnya. Apalagi kita yang ibadahnya masih sangat biasa-biasa saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: