radarbengkuluonline.com - BENGKULU - Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu, Martina Nengsih, M. Pd mengatakan, setelah nantinya akan resmi ditetapkan sebagai cagar budaya melalui SK Walikota, Makam Sentot Alibasyah direncanakan menjadi tempat sejarah bagi anak generasi muda untuk mengenang perjuangan beliau dimasa lampau.
"Makam Sentot Alibasyah ini, kami ingin melindungi, mengangkat seperti apa seorang tokoh Sentot Alibasyah di dalam perjuangannya sebagai tentaranya pangeran Diponegoro. Untuk menghargai jasa beliau, bagi generasi muda bisa belajar mulai dari nilai patriotisme, religius dan lain-lain, disinilah harus menghargai benda yang mengindentikan beliau, " ujar Martina kepada radarbengkuluonline.com kemarin.
BACA JUGA:
Kantor Pos Kampung Tempat Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama
Dijelaskannya, untuk catatan sejarah Sentot Alibasyah diasingkan oleh Belanda di Bengkulu pada tahun 1833 hingga beliau wafat pada tahun 1855, sebelum diasingkan Belanda ke Bengkulu, Sentot Alibasyah adalah panglima perang Pangeran Diponegoro yang terlibat dalam perang Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830.
Paska berakhirnya perang Diponegoro, Sentot Alibasyah beserta pengikutnya dimanfaatkan Belanda untuk memerangi Kaum Paderi. Namun karena dicurigai memiliki rasa keberpihakan pada Kaum Paderi, Sentot Alisbasyah ditangkap dan diasingkan Belanda ke Bengkulu
"Makam ini berada di ketingggian 38 M diatas permukaan laut, berjarak sekitar 1,2 km dari Benteng Marlborough di Kelurahan Pondok Besi. Bangunan cungkup Makam Sentot Alibasyah bergaya bangunan Tabut cungkup ini berukuran 570 x420 cm,dan berdenah empat persegi panjang dengan pilar-pilar pada beberapa bagian cungkup. Bagian pusat (Makam) juga berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 327x184 cm, " jelasnya.
Sentot Alibasyah, lahir pada tahun 1808 diberi nama Ali Dasca Sentot Abdul Mustafa Prawiro Dirjo. Orangtua dari Sentot Alibasyah Bernama Rangga Prawiro Dirja III. Pada tahun 1833, Sentot Alibasyah di buang ke Bengkulu. Pada tahun 17 April 1855 Sentot Alibasyah meninggal. Makam Sentot Alibasyah pada tahun 1985 sampai dengan 1986 mengalami pemugaran ( proyek pemugaran dan pemeliharaan peninggalan sejarah dan purbakala Bengkulu) pada tahun 1990. Makam tersebut ditambahkan dengan Nisan dan Cungkup. Makam Sentot Alibasyah pada tahun 2008 oleh Pemerintah Kota Bengkulu, di tambah lagi satu Cungkup Berhias dan memperbaiki pagar keliling di sekitar makam, pada tahun 2014 bangunan makam dilapisi marmer. (ach)