BACA JUGA:10 Istilah Bagian-Bagian Rumah Dalam Bahasa Serawai, Mari Kenali dan Lestarikan
“Ayahmu bahkan tidak memberi nama padamu nak. Nandak, nama yang bagus untukmu nak,” ujar Tari sambil meneteskan tetes demi tetes air matanya.
Waktu berlalu, Nandak tumbuh menjadi perempuan cantik dan baik. Semua pemuda di desa tersebut selalu memuji-muji kecantikaannya. Nandak tumbuh dengan kasih sayang yang cukup dari ibunya. Ia sangat dimanja. Bahkan, hampir tidak disuruh mengerjakan apapun oleh ibunya.
Nandak adalah perempuan yang sangat lemah. Ia bahkan terlalu lemah. Hanya untuk mengangkut air dari sungai kerumahnya, ia juga tidak mampu membantu ayah dan ibunya di sawah saat musim panen. Nandak selalu jatuh sakit saat berjemur lebih dari 2 jam.
Nandak sering kali dimarahi oleh Sumardi tampa alasan yang jelas. Sampai-sampai Nandak merasa sangat takut melihat ayahnya sendiri. Ketika Sumardi pulang kerumah, Nandak selalu bersembunyi di kamarnya. Nandak sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah dari Sumadi. Sumardi hanya menjadi orang yang bahkan terlalu menakutkan untuk ditatap baginya.
BACA JUGA:10 Kata Benda Dalam Bahasa Serawai, Beda Banget, Sudah Ada yang Nyaris Punah, Yuk Kita Lestarikan!
Kasih sayang satu-satunya yang Nandak miliki itu menghilang secara tiba-tiba setelah kematian ibunya. Tari meninggal karena menderita sakit dalam waktu yang lama.
Setelah kematian Tari, sikap Sumardi semakin tidak karuan. Prilaku Sumardi pada Nandak makin hari makin menjadi-jadi. Nandak mendapatkan pukulan lebih sering dari pada dulu saat Tari masih hidup.
Setelah 1 minggu Tari meninggal, Nandak tidak pernah bisa tidur. Nandak tidak lagi merasakan belaian lembut di kepalanya sebelum tidur seperti yang biasa dilakukan Tari setiap dia akan tidur. Hari itu karena Nandak benar-benar mengantuk.
Dia ingin memejamkan matanya, tapi dia benar-benar tidak bisa. Akhirnya dia memberanikan diri untuk menghampiri Sumardi dan meminta Sumardi untuk mengelus kepalanya seperti yang biasa dilakukan oleh Tari. Namun, bukannya mendapatkan belaian lembut, Sumardi malah mengusirnya dari rumahnya.
“Kamu tidak tau, saya Lelah berkerja seharian di bawah sinar matahari. Kamu hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun. Jangan mengganggu saya. Pergi dari hadapan saya atau lebih baik lagi pergi dari rumah ini.”