Cerpen: NANDAK

Jumat 29-09-2023,07:02 WIB
Reporter : Fahmi
Editor : Yar Azza

“Anak perempuan biasanya membantu ibu memasak, membereskan rumah, dan menyuci. Kadang-kadang juga membantu membawakan belanjaan ibu saat pergi kepasar,” jawab Nandak.

“Apakah kamu melakukan itu semua juga?”

“Tidak, aku tidak melakukannya. Ibuku berkata, aku tidak harus melakukannya.Karena, aku memiliki tubuh yang lemah. Aku sering kali pingsan saat ikut kesawah.”

“Tidak. Apakah kamu tidak melakukan tugas anak perempuan seperti yang kau katakan tadi?” tanya Peri Berin lagi.

“Tidak. Aku tidak melakukannya. Ayahku sering kali menyuruhku, tetapi ibuku selalu melarangku dan dia mengerjakan segalanya.”

“Raksasa tua itu tidak membenci anaknya sama sekali. Ia hanya mengatakan bahwa dia kesepian saat bercerita denganku. Istrinya selalu bersama anak perempuannya. Sedangkan dia tidak memiliki teman di rumah. Ia juga berkata, terkadang terlalu canggung untuknya memulai pembicaraan lebih dahulu pada anaknya yang semakin hari semakin dewasa. Tapi suatu hari raksasa tua bercerita padaku bahwa sang anak mengajaknya pergi memancing kesungai, mereka menceritakan banyak hal. Sang raksasa sangat senang saat itu. Dia bercerita denganku sambil tersenyum sangat lebar. Setelah itu raksasa tua melepaskanku karena sudah tidak merasa kesepian.”

Nandak mendengarkan cerita Peri Berin seolah mendengar kisahnya. Namun dengan akhir yang bahagia. Apakah dia juga bisa membuat ayahnya tersenyum seperti itu juga.

“Sejak hari itu, aku sering melihat anak perempuan itu berbicara dengan ayahnya. Saat raksasa tua pulang dari sawah, anak perempuan membawakan minum. Lalu, ia juga mulai meyiapkan makan dan makan bersama dengan raksasa tua. Biasanya itu hanya dilakukan istri raksasa tua, anak perempuanya. Bahkan tidak berani keluar dari kamarnya saat ayahnya pulang.”

“Anak perempuan itu merasakan hal yang sama dengan ku. Sosok ayah terlalu menakutkan mereka benar-benar seperti raksasa bagi kami,” Nandak mengucapkannya sambal tertunduk lesu.

“Apakah kamu mau mencobanya?” tanya Sang Peri.

“Haruskah aku pulang? Aku terlalu takut. Bagaimana jika aku mencobanya hasilnya sama?” Nandak kembali meneteskan air matanya, membahasnya membuat ia merasa sangat mustahil.

“Pulanglah saat matahari terbit. Ayahmu tak pernah benar-benar membencimu. Kamu tidak akan tau jawabannya jika hanya duduk di bawah sini,” ujar Peri Berin.

Setelah mendengar cerita Panjang dari Peri Berin, Nandak tertidur pulas di bawah pohon besar itu.

“Nandakkkk…. Nandakkk…” teriakan lirih Sumardi mencari sang anak yang benar- benar meninggalkan rumah di saat bulan masih menerangi bumi.

Nandak yang sedang tertidur nyenyak terbangun saat mendengar samar-samar suara yang selama ini ia takuti.

“ ayahhhh!”

Kategori :

Terkait

Jumat 29-09-2023,07:02 WIB

Cerpen: NANDAK