“Nggak bakal dengar, penculiknya nggak ada.”
“Tau dari mana pik penculiknya enggak ada?”
“Tuhhh liatt.” Fikri menunjuk Tama yang sedang berjalan santai dengan bajunya yang sudah dipenuhi oleh buah sali, dan mulutnya yang sedang sibuk mengunyah. Ia tersenyum santai pada Kevin, Zaki, dan Fikri yang tengah cemas mencarinya.
“Bang, penculiknya udah pergi?” Kevin Berlari menjenguk Tama.
“Begok ya Vin? Kita tu udah dibohongi. Liat tu dia asyik makan buah salinya.” Zaki menjelaskan dengan berbisik-bisik.
“Bagilah bang. Jahat banget makan sendirian gitu.”
Fikri hanya bisa memendam kekesalannya. Ia menatap tajam kearah Tama yang sedang mengunyah dengan senyuman tanpa rasa bersalah. Sedangkan mereka bertiga yang memanjat pohon itu dengan susah payah tidak mendapat apapun.
“Parah banget bang, bagi dong. Capek kita naiknya tadi.”
Kevin menggerutu tak terima.
“Ya udah ni,” Tama Memberikan mereka masing-masing satu buah sali yang bahkan masih berwarna kehijauan dan satu buah sali dengan sedikit warna ungu.
“Salah siapa lari, udah habislah. Mana percaya-percaya aja lagi sama penculik anak kecil. Dasar bocah.”
Tama tertawa puas. Sedangkan mereka bertiga hanya diam menatap Tama sambil menggerutu di dalam hati.(*)