Menipisnya Budaya Malu

Jumat 01-12-2023,01:00 WIB
Reporter : Adam
Editor : Yar Azza

“Sungguh jika Allah berkehendak untuk membinasakan seseorang, maka akan Allah hilangkan rasa malu dari diri orang tersebut. Jika rasa malu sudah tercabut dari dirinya, maka tidaklah kau jumpai orang tersebut melainkan orang yang sangat Allah murkai. Setelah itu akan hilang sifat amanah dari diri orang tersebut. Jika dia sudah tidak lagi memiliki amanah, maka dia akan menjadi orang yang suka berkhianat dan dikhianati. Setelah itu sifat kasih sayang akan dicabut darinya. Jika rasa kasih sayang telah dicabut, maka dia akan menjadi orang yang terkutuk. Sesudah itu, ikatan Islam akan dicabut darinya.”

 

2. Malu kepada sesama manusia 

Sifat malu yang ke-2 (dua) adalah malu kepada sesama manusia. Jika seseorang memiliki rasa malu kepada manusia, maka ia akan menjaga pandangan dan perbuatannya. Senantiasa membentengi diri, dan memikirkan akibat dari perbuatan yang akan dilakukannya.

Karena boleh jadi, akibat dari perbuatannya, bukan hanya mempermalukan dirinya sendiri, tapi juga akan berdampak kepada keluarganya, saudara-saudaranya, orang tua atau anaknya, istri atau suaminya, dan masyarakat lingkungannya.

 

Seorang ahli hikmah pernah ditanya tentang orang fasik. Beliau menjawab, “Yaitu orang yang tidak menjaga pandangannya, suka mengintip aurat tetangganya dari balik pintu rumahnya.” 

Orang yang punya rasa malu kepada manusia tidak akan berani melakukan dosa di hadapan orang lain. Jangankan dosa, melakukan kebiasaan jeleknya saja, dia malu jika ada orang yang melihatnya.

 

 Termasuk bagian dari malu kepada manusia adalah mengutamakan orang yang lebih mulia darinya. Menghargai ulama dan orang saleh. Memuliakan orang tua dan guru.

Merendahkan diri di hadapan mereka. Orang yang masih punya rasa malu kepada orang lain akan dihargai dan disegani. Masyarakat mau mendengarkan pendapat dan nasihatnya.

 

3. Malu kepada diri sendiri

Orang yang mempunyai rasa malu kepada dirinya sendiri, dia tidak akan melakukan perbuatan dosa ketika sendirian. Karena dia sadar dan yakin Allah SWT melihat semua perbuatannya, baik yang dilakukannya secara terang-terangan, maupun tersembunyi.

Ada seseorang yang ketika dihadapan orang banyak terlihat ‘alim dan shalih. Namun kala sendirian, saat sepi, ia menjadi orang yang menerjang larangan Allah.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kategori :

Terkait

Jumat 01-12-2023,01:00 WIB

Menipisnya Budaya Malu