Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab dan batasan-batasan di dalam pergaulan. Sebab, betapa besar dampak yang akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jahat dan sebaliknya betapa besar manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang bergaul dengan teman yang shalih.
BACA JUGA: Nilai Kesabaran dalam Mewujudkan Ketakwaan Kepada Allah SWT
Banyak diantara manusia yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan dikarenakan bergaul dengan teman teman yang jahat dan banyak pula diantara manusia yang mereka mendapatkan hidayah disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Di dalam sebuah hadits Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Salam menyebutkan tentang peranan dan dampak seorang teman :
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu, baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang enak. Sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak enak.” (Muttafaqun ‘Alaih).
BACA JUGA:Ada 4 Wanita Dijamin Masuk Surga, Ini 13 Ciri Wanita Penghuni Surga, Apakah Kamu Salah Satunya?
Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil faedah penting bahwasanya bergaul dengan teman yang shalih mempunyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya baik. Yaitu:
Kita akan menjadi baik atau kita akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita. Sedang bergaul dengan teman yang jahat juga mempunyai 2 kemungkinan yang kedua-duanya jelek. Yaitu, kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Bahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menjadikan seorang teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memerintahkan kepada kita agar memilah dan memilih kepada siapa kita bergaul.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
“Seseorang berada di atas agama temannya, maka hendaknya seseorang diantara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dengan Sanad yang saling menguatkan satu dengan yang lain).
Dan dalam sebuah syair disebutkan: Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanya tentang temannya. Sebab orang pasti akan mengikuti kelakukan temannya.