Khutbah Idul Fitri: Komitmen Menjaga Ukhuwah dan Kepedulian Sosial Dalam Kehidupan

Selasa 09-04-2024,20:24 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

Pesan ketiga ramadhan adalah pesan jihad. Jihad yang dimaksud di sini, bukan jihad dalam pengertiannya yang sempit; yakni berperang di jalan Allah akan tetapi jihad dalam pengertiannya yang utuh, yaitu:

 بَذْلُ مَاعِنْدَهُ وَمَا فِى وُسْعِهِ لِنَيْلِ مَا عِنْدَ رَبِّهِ مِنْ جَزِيْلِ ثَوَابِ وَالنَّجَاةِ مِنْ اَلِيْمِ عِقَابِهِ 

"Mengecilkan arti segala sesuatu yang dimilikinya demi mendapatkan keridhaannya, mendapatkan pahala serta keselamatan dari Siksa-Nya."

Pengertian jihad ini lebih komprehensif, lebih luas, karena yang dituju adalah mengorbankan segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan dari Allah; terutama jihad melawan diri kita sendiri yang disebut sebagai Jihadul Akbar, jihad yang paling besar.

 

Sebuah jihad yang  didesain dan bergerak pada kemaslahatan masyarakat demi mencapai keridhaan Allah dan kemajuan ummat. Pengalaman pahit salah mengartikan jihad menjadikan Islam dipandang sebagai agama teroris. Padahal Islam sebenarnya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin), agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kedamaian. Dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini, jihad yang kita butuhkan adalah upaya mendukung terbangunnya sebuah sistem sosial yang bermartabat, berkeadilan dan sehatera yang bersendikan pada ketaatan kepada Allah. Jihad untuk mengendalikan hawa nafsu dari seluruh hal yang dapat merugikan diri kita sendiri, terlebih lagi merugikan orang lain.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, walillahil hamdu

 Diantara amalan-amalan yang perlu dipertahankan setelah Ramadhan adalah menjaga persaudaraan yang oleh masyarakat Indonesia disebut dengan silaturahim. Banyak ragam acara yang bisa memperkuat tali silaturahim, misalnya: mudik (pulang kampung), berkunjung ke rumah keluarga, halal bi halal, reuni, sedekah, selametan, dan lain-lain.  

Pentingnya silaturahim ini diabadikan oleh Rasulullah saw adalah haditsnya:

  من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فَلْيصلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فليقل خيراً أوْ لِيَصْمُتْ 

 Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen hidup: menghormati keluarga, menyambung tali silaturrahim dan selalu berbicara baik (atau lebih baik diam).  

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,  

 Dalam rangka menguatkan hidup saling bersaudara, Islam mengingatkan sebuah metode kehidupan sosial dengan menghormati lingkar masyarakat terdekat, yaitu tetangga. Jika bulan Syawal seperti ini, sudah tentu meminta maaf dan saling memberi maaf terpenting adalah kepada tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan menyambung persaudaraan kepada semua lapisan masyarakat.  

 Dan indahnya, pesan Rasulullah saw ditambahkan dengan perlunya menjaga lisan agar selalu bertutur kata yang baik, agar tidak membuat orang lain sakit hati. Ini senada dengan sebuah pesan akhlak:

  سَلَامَةُ اْلإنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ 

 Artinya: Keselamatan seseorang itu ada pada lisannya.

Kategori :