Bulan Dzulhijjah Penuh Khidmat

Jumat 07-06-2024,00:05 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

Jamaah Jumat yang berbahagia

Dari Hadits tersebut di atas, sebagai umat Islam yang merasakan nikmatnya hidup di Indonesia yang telah merdeka 73 tahun, dapat mengambil tiga pesan Rasulullah SAW dimaksud :

Pertama, seorang pemimpin umat Islam harus berkomunikasi dan selalu membimbing umatnya. Salah satu cara komunikasi itu yakni dengan mengingatkan betapa pentingnya hari dan bulan yang mulia dan diharamkan oleh Allah SWT.

 

Memperingati hari dan bulan haram adalah dengan melaksanakan sunnah Rasulullah SAW berpuasa, bertaqarrub dan beramal sosial secara istiqamah. Dan di bulan haram, tidak diperbolehkan perang (beradu fisik dan menebar fitnah)

Kedua, di dalam sebuah kemuliaan ada tempat hidup yang selalu digunakan untuk beribadah, Nabi Muhammad SAW menyebutnya dengan kata balad. Kata balad dalam Kamus Al Munawwir karya KH Ahmad Warson Munawwir yang telah dikoreksi KH Ali Ma’shum dan KH Zainal Abidin Munawwir bermakna: daerah, negeri, desa, kampung, tanah air.

 

Jika Nabi Muhammad SAW menyebut kata balad dalam khutbah idul adha, maka perlu kita ambil hikmah bahwa betapa cintanya Nabi Muhammad SAW kepada tanah airnya sesuai dengan firman Allah: Yang artinya: “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Makkah).

Katakanlah : "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al Qashah: 85)

 

Ketiga, Betapa pentingnya menjadikan Islam sebagai agama yang mendorong lahirnya perdamaian, bukan agama kekerasan penuh peperangan. Sejarah perintah berqurban kepada Nabi Ibrahim AS yang diminta menyembelih putranya (Nabi Ismail) dan kemudian diganti domba adalah sebuah bukti bahwa Islam sangat melindungi hak asasi manusia dan cinta perdamaian.

 

Jamaah Jumat yang berbahagia

Al Qur’an mencatat sejarah ini sebagai bentuk penyempurnaan manusia berbakti pada Allah SWT Surat As Shaffat ayat 102: Syaikh Utsman bin Hasan Al Khaubawi dalam kitab Durratun Nashihin memberikan penjelasan bahwa perjalanan Nabi Ibrahim AS dari negeri Syam hingga Makkah dalam mengikuti perintah Allah SWT diabadikan dalam rangkaian ibadah sunnah puasa Tarwiyah (yataraw, memikirkan diri atas mimpi menyembelih anaknya) dan puasa Arafah (‘arafa, tahu dan yakin bahwa mimpi itu dari Allah).

Arafah juga menjadi tempat puncak ibadah haji. Dan kemudian hari kesepuluh Dzulhijjah menjadi penyembelihan (nahr).

 

Kategori :