Tantangan yang dihadapi dalam implementasi PSR tidaklah mudah.
Hambatan administratif, kurangnya akses terhadap permodalan, dan keterbatasan infrastruktur menjadi beberapa masalah yang harus diatasi.
Oleh karena itu, pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif sangat diperlukan.
Dengan semangat dan komitmen yang kuat, diharapkan Program Sawit Rakyat di Bengkulu dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif yang nyata bagi kesejahteraan petani dan perekonomian daerah.
Program ini adalah langkah strategis untuk menjadikan Bengkulu sebagai salah satu daerah penghasil sawit yang kompetitif dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional maupun internasional.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan Kepala Dinas TPHP Provinsi Bengkulu, M. Rizon, optimis bahwa dengan kerja sama semua pihak, target PSR dapat tercapai.
Mereka mengajak semua pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung program ini demi masa depan yang lebih baik bagi petani sawit dan masyarakat Bengkulu secara keseluruhan.
Rizon menyebutkan bahwa PSR akan menyasar perkebunan sawit yang sudah layak untuk dilakukan peremajaan.
"Realisasi saat ini masih kecil, baru sekitar 20 persen. Kami akan terus mendorong optimalisasi program ini," tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, juga menyoroti pentingnya program replanting sawit saat menghadiri pelantikan pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Provinsi Bengkulu periode 2024-2029 di Hotel Santika Bengkulu pada Rabu, 3 Juli 2024.
Gubernur Rohidin menegaskan bahwa penerapan replanting sawit bagi perkebunan rakyat belum optimal. Ia juga mengkritisi kurangnya dukungan dari pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dalam mengoptimalkan program ini.