1. Syariat paling ringan dibanding umat sebelummya.
Nabi Muhammad SAW membawa risalah yang membenarkan ajaran Nabi dan Rasul sebelum beliau dan membawa syariat baru yg berlaku hingga akhir zaman.
Allah SWT menegaskan bahwa Ia telah menggugurkan aturan-aturan yang memberatkan umat Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Yaitu orang-orang yang mengikuti rasul (Muhammad) Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis) yang (Namanya) mereka temukan tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka pada makruf, mencegah dari yang mungkar, menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban serta belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (QS. Al-A’raf: 157)
Syeikh Alawi Al Maliki mengatakan bahwa membebaskan beban serta belenggu maksudnya adalah Allah SWT tidak akan membebani umat Nabi Muhammad SAW dengan syariat di luar batas kemampuan mereka.
Dahulu ada banyak syariat yang Allah SWT tetapkan untuk umat sebelumnya yang sangat memberatkan. Salah satunya adalah kewajiban menggunting atau memotong bagian pakaian yang terkena najis. Bahkan salah satu Riwayat dari Imam Abu Daud menyatakan, “Jika salah satu anggota tubuhmu terkena najis, maka anggota tubuh tersebut harus dipotong.
Namun Allah SWT hanya memerintahkan kita untuk menyucikan bagian yang terkena najis hingga bersih tanpa harus memotong bagian yang terkena najis tersebut.''
Syariat umat terdahuli lainnya yang sangat memberatkan adalah bertobat dengan bunuh diri, Allah SWT berfirman kepada kaum Bani Israil yang artinya :
“Oleh karena itu, bertobatlah kepada penciptamu dan bunuhlah dirimu.” (QS. Al Baqarah: 54)
Untuk umat Nabi Muhammad SAW, Allah SWT hanya meminta agar memohon ampunan kepada-Nya. Banyak beristighfar dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama dimasa yang akan datang. Sebagaimana Ia berfirman yang artinya:
“Dan siapa yang berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian memohon ampunana Allah, niscaya akan menndapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa: 110)