Kontribusi ini menjadi semakin relevan di tengah meningkatnya tekanan global untuk menurunkan emisi karbon demi mengatasi perubahan iklim.
Namun, manfaat hutan Bengkulu tidak berhenti pada penyerapan karbon semata. Dalam diskusi tersebut, Yondviter, seorang ahli dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor (IPB), menyoroti peran vital hutan mangrove di wilayah pesisir Bengkulu.
Menurutnya, hutan mangrove memiliki kemampuan luar biasa dalam mengurangi dampak kerugian materi akibat bencana alam, khususnya tsunami.
"Hutan mangrove di Bengkulu tidak hanya berfungsi sebagai penahan abrasi, tetapi juga berpotensi besar dalam mengurangi kerugian materi jika terjadi bencana alam," jelas Yondviter.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperkirakan Bengkulu bisa mengalami kerugian hingga Rp5,5 triliun jika terjadi gempa berkekuatan 6/8 Skala Richter (SR) dan tsunami setinggi 6 meter.
Namun, dengan adanya penghijauan pesisir pantai menggunakan tanaman mangrove, potensi kerugian tersebut dapat berkurang hingga Rp400 miliar.
Angka-angka ini menegaskan betapa pentingnya keberadaan hutan mangrove sebagai pelindung alami bagi masyarakat pesisir Bengkulu.
Selain manfaat ekologisnya, hutan mangrove juga menjadi garda terdepan dalam upaya mitigasi risiko bencana, sebuah aspek yang tidak bisa diabaikan di wilayah yang rawan gempa dan tsunami seperti Bengkulu.
Diskusi ini membuka mata banyak pihak akan pentingnya menjaga dan memanfaatkan hutan dengan bijaksana.
Tidak hanya sebagai paru-paru dunia, tetapi juga sebagai aset ekonomi dan proteksi alami dari ancaman bencana.
Gubernur Rohidin menekankan bahwa upaya konservasi dan pemanfaatan hutan harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan, melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga masyarakat.
"Bengkulu memiliki kekayaan hutan yang sangat besar, baik di daratan maupun di pesisir. Tugas kita bersama adalah mengelola potensi ini dengan bijaksana, sehingga bisa memberikan manfaat maksimal, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan," ujar Gubernur Rohidin menutup diskusi.