radarbengkuluonline.id - Fenomena konsumsi makanan sisa yang dikenal dengan Pagpag di Filipina merupakan kenyataan yang mencerminkan tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh segmen tertentu dari populasi negara tersebut.
Istilah Pagpag berasal dari kata Tagalog yang berarti mengguncang kotoran.
Ini adalah praktik mengumpulkan sisa makanan dari tempat pembuangan sampah atau restoran cepat saji, kemudian membersihkannya dan memasaknya kembali untuk dikonsumsi.
BACA JUGA:Disaksikan Camat, Polsek Enggano Berikan Makanan Sehat dan Bergizi Untuk Siswa SDN 51 Bengkulu Utara
Melansir Timenews.Co.Id, fenomena tersebut bukan hanya sekedar soal kebersihan atau kesehatan, tetapi juga mencerminkan perjuangan untuk bertahan hidup di tengah menyiksanya kemiskinan sebagian besar penduduk perkotaan Filipina, khususnya di perkotaan.
Pagpag seringkali dibuat dari bahan bekas seperti ayam goreng atau daging lainnya yang masih bisa dimakan setelah diolah kembali.
Kehidupan di perkotaan, khususnya di kota-kota besar seperti Metro Manila, dipenuhi dengan kontras yang mencolok antara kemewahan dan kemiskinan.
Di satu sisi terdapat pusat komersial dan bisnis yang megah, sementara di sisi lain terdapat pemukiman padat penduduk yang kekurangan infrastruktur dan akses terhadap fasilitas dasar.
Menghadapi situasi sulit ini, banyak keluarga yang harus mencari nafkah dengan dana yang sangat terbatas. Salah satu solusi ekstrim yang mereka temukan adalah dengan menggunakan Pagpag.