Di wilayah perkotaan besar, jumlah ini mungkin secara proporsional lebih rendah, namun secara absolut, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan di perkotaan sangat tinggi.
Mahalnya biaya hidup di perkotaan seringkali menyulitkan banyak keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, khususnya pangan.
Selain itu, kurangnya jaminan atas pekerjaan yang layak dan pendapatan yang stabil semakin memperburuk situasi.
Banyak masyarakat yang bekerja di sektor informal dengan pendapatan harian yang tidak stabil.
Dalam situasi seperti ini, apa yang dianggap sampah oleh sebagian orang mungkin merupakan sumber makanan penting bagi orang lain.
Praktik Pagpag kemudian menjadi bentuk adaptasi dan simbol daya juang masyarakat miskin perkotaan untuk bertahan hidup meski dalam keterbatasan.
Meskipun fenomena Pagpag lebih banyak ditemukan di kawasan kumuh perkotaan, namun permasalahan ketahanan pangan sebenarnya merupakan permasalahan yang lebih luas.
Kebersihan makanan merupakan salah satu hal terpenting untuk mencegah penyakit bawaan makanan.