Tejo menambahkan, setelah semua tahapan komisioning selesai, akan dilakukan serah terima secara bertahap. Mulai dari Balai Sungai VIII ke Balai Cipta Karya, lalu ke Pemerintah Provinsi Bengkulu, hingga akhirnya ke kabupaten/kota.
Meski progresnya menjanjikan, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Infrastruktur rumah intake, yang berfungsi melindungi mesin pengelola air bagi PDAM, menjadi tanggung jawab Pemprov Bengkulu.
"Pembangunan rumah intake ini nilainya sekitar Rp 3 miliar. Proyek ini masih dalam proses penyelesaian," ungkap Tejo.
Selain itu, pemerintah kabupaten/kota juga memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dituntaskan. Kerjasama antara pemerintah daerah sudah dimulai sejak 2019, dengan target rampung dalam lima tahun.
"Saat ini baru tahun kedua. Masih ada tiga tahun lagi untuk merealisasikan komitmen yang sudah disepakati," kata Tejo.
Proyek SPAM Kobema menjadi harapan besar bagi masyarakat Bengkulu, Benteng, dan Seluma untuk mendapatkan akses air bersih yang lebih baik. Namun, keberhasilannya tidak hanya bergantung pada teknis infrastruktur, melainkan juga pada komitmen semua pihak yang terlibat.
"Saya berharap debit air dari sumber sesuai rencana, mengingat kita masih sepenuhnya menggunakan gravitasi. Semua harus diuji coba dulu, baru ada serah terima," tegas Tejo.