Trisno juga mengatakan, penerapan pola pertanian di Mukomuko yang masih semi modern masih menjadi kendala dalam efesiensi waktu. Meskipun penggunaan traktor cukup membantu, waktu yang dibutuhkan untuk proses penanaman tetap lama.
"Proses persiapan hingga penanaman bisa memakan waktu sekitar dua bulan. Karena sebagian besar masih dilakukan secara manual. Padahal, jika sistem pertanian sudah sepenuhnya mekanik, waktu yang dibutuhkan bisa dipangkas lebih efisien," ujarnya.
Banyak kelompok tani di Lubuk Pinang, sambung Trisno berharap adanya bantuan Alsintan seperti Rice Transplanter atau mesin tanam padi yang dapat mempercepat proses penanaman setelah sawah dibajak.
Kemudian juga alat dan mesin perawatan yang canggih, serta mesin panen atau combine harvester.
"Halau hand traktor cukup banyak dimiliki petani, tetapi untuk alat lain seperti Rice Transplanter dan Combine untuk pemanenan, masih sangat sedikit," ujarnya lagi.
Bagi Trisno, swasembada pangan bukan hanya harus dicapai dua atau 3 tahun kedepan saja. Yang lebih penting yaitu mempertahankan swasembada pangan dalam tempo waktu selama mungkin untuk masa depan.
"Jika kita bisa melahirkan petani muda, itu bisa menjadi investasi besar bangsa untuk ketahanan pangan jangka panjang," demikian Trisno.