Nasihat Kehidupan : Manusia Bahagia dan Manusia Sengsara
Ustadz Dr. Ismail, M. Ag-Adam-Radar Bengkulu
radarbengkuluonline.id -- Para pembaca rahimakumullah, tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari Jumat lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Jumat untuk pembaca semua. Judulnya, Nasihat Kehidupan : Manusia Bahagia dan dan Manusia Sengsara.
Materi ini ditulis oleh Ustadz Dr. Ismail, M. Ag. Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Jami" Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jumat Rakhimakumullah
Tiada kata yang paling indah untuk diungkapkan pada kesempatan ini sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberi, baik nikmat Islam, nikmat iman, nikmat kesehatan dan nikmat umur panjang. selain pujian dan sanjungan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Rahman terhadap segenap makhl uk-Nya, Tuhan Yang Maha Rahim terhadap hamba-hamba yang beriman dan senantiasa beribadah kepada-Nya.
Shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, Nabi penegak kebenaran, penjunjung kejujuran, penyemai kelembutan dan pembawa panji-panji Islam hingga akhir zaman. Semoga di akhir nanti kita mendapatkan syafa’at dari Rasulullah SAW, Amin YRA.
Pada kesempatan ini, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan takwa, hidup manusia akan bahagia di dunia dan di akhirat.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Setiap manusia mengejar kebahagiaan, namun tidak semua memahami apa makna bahagia yang sesungguhnya. Ada yang mengira bahagia itu terletak pada harta, jabatan, atau kenikmatan dunia. Namun Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati karena dekat dengan Allah.
Secara sederhana, kebahagiaan menurut Imam Al-Ghazali adalah merasakan kelezatan atau kenikmatan pada suatu kecenderungan yang menjadi tabiat segala sesuatu.
Dipilah dari sifatnya, setidaknya ada dua macam kebahagiaan, yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Sehingga dalam penyikapannya, diantara manusia ada yang standar kebahagian hanya diukur dengan nilai duniawi, ada pula yang pandangan jauh kedepan, yakni yang utama adalah ukhrawi. Sementara, manusia bahagia dan manusia sengsara dalam al-Qur’an dikatakan;
Allah Ta‘ala berfirman:
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا
“Barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit.” (QS. Ṭāhā [20]: 123–124)
Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir makna;
{فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى}
''lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'' (Thaha: 123)
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa dia tidak akan sesat di dunia ini dan tidak akan celaka di akhiratnya nanti.
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي}
''Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku.'' (Thaha: 124)
Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya.
{فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}
''Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124).
Yakni, kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang, bahkan selalu sempit dan sesak karena kesesatannya; walaupun pada lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai pakaian apa saja yang disukainya, memakan makanan apa saja yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah yang disukainya.
Sekalipun hidup dengan semua kemewahan itu, pada hakikatnya hatinya tidak mempunyai keyakinan yang mantap dan tidak mempunyai pegangan petunjuk, bahkan hatinya selalu khawatir, bingung, dan ragu. Dia terus-menerus tenggelam di dalam keragu-raguannya. Hal inilah yang dimaksudkan dengan penghidupan yang sempit.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:' ''Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.'' (Thaha: 124).
Yaitu kesengsaraan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: ''maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.'' (Thaha: 124).
Segala sesuatu yang Aku berikan kepada seorang hamba, sedikit atau banyak, ia tidak bertakwa kepada-Ku karenanya, maka tiada kebaikan pada sesuatu itu; inilah yang dimaksud dengan kehidupan yang sempit.
Ibnu Abbas mengatakan pula, bahwa sesungguhnya bila ada suatu kaum yang sesat, mereka berpaling dari kebenaran, padahal kehidupan mereka makmur dan mudah lagi bersikap sombong; maka itulah yang dinamakan kehidupan yang sempit. Dikatakan demikian, karena mereka memandang bahwa tidaklah Allah menentang prinsip kehidupan mereka yang berburuk sangka kepada Allah dan mendustakan-Nya.
Apabila seorang hamba mendustakan Allah dan berburuk sangka terhadap-Nya serta tidak percaya kepada-Nya, maka kehidupannya menjadi keras, dan kehidupan yang keras inilah yang dimaksud dengan kehidupan yang sempit dalam ayat ini.
Ad-Dahhak mengatakan, kehidupan yang sempit ialah pekerjaan yang buruk dan rezeki yang kotor. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Malik ibnu Dinar.
Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Abu Hazim, dari Abu Salamah, dari Abu Sa'id sehubungan dengan makna firman-Nya: ''kehidupan yang sempit.'' (Thaha: 124) Bahwa kuburannya menjepitnya (mengimpitnya), sehingga tulang-tulang iganya berantakan (bila ia telah mati nanti). Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa An-Nu'man ibnu Abu Iyasy nama julukannya adalah Abu Salamah.
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعة، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن لَهِيعَةَ، عَنْ دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: {فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا} قَالَ: "ضَمَّةُ الْقَبْرِ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit. (Thaha: 124). Bahwa makna yang dimaksud ialah kuburan mengimpitnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
