Penenang, Tapi Bukan Obat Terlarang, Penulis Ade Kelpin Saputra, Ketua Umum HMI Komisariat Syariah Bengkulu
Penenang, Tapi Bukan Obat Terlarang, Penulis Ade Kelpin Saputra, Ketua Umum HMI Komisariat Syariah Bengkulu-Ist-
Masyarakat yang baru pulang kerja terpaksa antre berjam-jam hanya untuk mendapatkan setengah jerigen bensin.
Banyak sopir angkutan yang menunda mencari nafkah, nelayan tidak bisa melaut, dan petani menunda mengolah lahan—semua karena sumber kehidupan bernama BBM ini tak lagi mudah dijangkau.
Ironisnya, pemerintah provinsi dan Pertamina justru sibuk saling melempar tanggung jawab.
Yang satu minta maaf, yang lain berjanji mengevaluasi.
Tapi apa artinya permintaan maaf tanpa tindakan nyata?
Yang rakyat butuh bukanlah ucapan belas kasihan, melainkan penyelesaian tuntas.
Sebagai mahasiswa, sebagai bagian dari masyarakat, dan terutama sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kami tidak bisa hanya diam.
Kami harus mengawal, menekan, dan mendesak agar pemerintah Bengkulu tidak lagi main-main dengan urusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Krisis BBM bukan sekadar soal antrean panjang.
Ia adalah cermin kegagalan tata kelola energi, dan bukti bahwa rakyat sering kali hanya jadi penonton dalam drama kebijakan publik.
HMI Komisariat Syariah Bengkulu dengan tegas mengecam ketidakseriusan pemerintah dalam menangani persoalan ini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
