158 Sekolah Model di Kota Bengkulu Dibekali SPMI

158 Sekolah Model di Kota Bengkulu Dibekali SPMI

RBO  >>>   BENGKULU   >>>   Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Bengkulu mendampingi sekolah berbasis model di Provinsi untuk melaksanakan Bimbingan Teknis, Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SMPI) bagi sekolah menuju Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang merupakan transformasi nama sekolah rujukan menjadi SNP. Kali ini, SMPN 9 Kota Bengkulu sebagai sekolah model menaungi sekolah imbasnya SMPN 13, 11, 1 dan SDN 1 Kota Bengkulu mengikuti kegiatan tersebut, selama dua hari kedepan, 21 sampai 22 Oktober 2019.

LPMP mendampingi 158 sekolah model. Disetiap sekolah model, mempunyai lima sekolah imbas yang bernaung dalam satu sekolah model (inti). Sedangkan sekolah menuju SNP, terdiri dari 10 lembaga SD, 10 SMP dan 11 SMA dan 10 SMK. Untuk dana menuju sekolah rujukan tersebut, dari Direktorat Pembinaan Pusat.

"Kalau untuk SPMI, bukan berbicara tentang jenjangnya. Tapi lebih pada manajemennya. Jadi, kalau manajemen mau jenjang SD, SMP, SMA semuanya sama," ujar Fasilitator Nasional SPMI, Dwi Kusuma, M.Si pada RADAR BENGKULU, kemarin.

Diungkapnya, SPMI membahas tentang pemetaan mutu, menyusun program kerja berdasarkan pemetaannya. "SMPI ini diwajibkan bagi sekolah menuju SNP, membuat program kerja berdasarkan analisis pada rapor mutu pendidikannya seperti apa," ungkapnya.

Berbicara soal rapor mutu pendidikan secara nasional, rapor mutunya tidak sesuai dengan fakta sebenarnya di setiap sekolah. Maka dari itu, LPMP bekerjasama dengan dinas terkait bersama-sama menyakinkan setiap sekolah untuk mengisi aplikasi pemetaannya secara jujur supaya rapor mutunya jujur. "Walaupun datanya tidak terlalu sesuai dengan kondisi realnya, tetap kami gunakan sebagai anilis. Apalagi, secara nasional itu diakui," terangnya.

Dijelaskannya, tahap pertama SPMI, pada pemetaannya dikhususkan untuk operator sekolah melalui pengisian aplikasi rapor mutu. Jadi, pemetaan sebagai kecil dari bagian SPMI. "Kendala yang dihadapi, setiap sekolah belum terlalu peduli mengisi instrumen rapor mutu pendidikan. Jadi, operator sekolah, bekerjakeras untuk membujuk guru untuk mengisi data tersebut," tutupnya. (ach)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: