Bongkar Curah Kering di Pulau Baai Bengkulu Ditargetkan 2,7 Ton/Tahun

Bongkar Curah Kering di Pulau Baai Bengkulu Ditargetkan 2,7 Ton/Tahun

Alur Dikeruk 2 X Setahun Habis Rp 60 Miliar

RBO  >>>  BENGKULU  >>>  PT Pelindo Cabang Bengkulu saat ini menargetkan bongkar muat curah kering sebesar 2,7 juta ton pertahun. Dimana hal ini dapat membantu melayani kapal besar (Mother Vessel) seta kapal jenis tongkang. Selain itu dapat membantu dampak pertumbuhan perekonomian nasional.

Deputi GM Komersial Pelindo II Hendri Adolf saat ditemui kemarin Jumat (15/11) mengatakan, peningkatan ini dikarenakan pada pertengahan September lalu dibukanya alur  dan kemudian ada peningkatan,  sehingga banyak kapal besar yang bersandar.

"Untuk kegiatan bongkar muat di Pelindo Bengkulu saat ini (November-red) sudah mencapai 2,3 juta ton, diluar peti kemas dan kargo lain. Seperti CPO. Karena kapasitas masih memakai tangki. Namun untuk bongkar muat curah kering seperti batu bara, klinker dan cangkang sawit banyak sekali. Lebih dominan ekspor. Yang paling banyak batu bara. Ditunjang juga dengan operasi 1 GT (gross Tonage) yang dinamai Dermaga GT Curah Kering satu ini sudah beroperasi, maka adanya muat tongkang di batu bara yang ada. Bulan Oktober lalu banyak Kapal besar yang masuk di dermaga kita. Karena kapal kapasitas besar dari 40 ribu sampai 50 ribu ton membutuhkan pengerukan alur sedangkan alur saat ini baru mencapai 9,5 MLWS," tambahnya.

Sebenarnya untuk normal alur seharusnya mencapai minus 13 MLWS, sehingga operasi kapal besar dapat menampung bongkar muat yang dibutuhkan. Selain itu, dirinya memprediksi kembali jika pada akhir bulan ini kembali terjadi pendangkalan. Maka pihaknya harus berupaya bekerja keras kembali untuk melakukan pengerukan alur dangkal tersebut.

"Karena kapal besar sulit untuk bersandar, sebab akhir bulan akan terjadi kembali alur pelayaran yang selalu mengalami pendangkalan," lanjutnya.

Disampaikannya, mengingat kondisi Pelabuhan Bengkulu menjadi faktor cuaca yang berbeda dari Pelabuhan daerah lainnya, selain itu faktor lainnya dimana mengeluarkan biaya pengerukan yang cukup besar. Bisa mencapai Rp 30 miliar. Artinya dalam setahun biaya pengerukan mencapai Rp 60 miliar dan bahkan bisa lebih besar dari itu. Untuk volume sedimentasi 50 ribu meter kubik perbulan atau rata rata sebesar 600 ribu meter kubik per tahun.

"Memang kondisi alur di Bengkulu ini wajib dikeruk secara rutin karena selalu mengalami pendangkalan. Karena biayanya cukup tinggi, maka pengerukan itu paling banyak 2 kali dalam setahun," pungkasnya. (Bro)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: