SDN 9-IT dan SMPN 13-IT, Ini Langkah yang Harus Dilakukan

SDN 9-IT dan SMPN 13-IT, Ini Langkah yang Harus Dilakukan

Masukan dari Tokoh Pendidikan-Pesantren

RBO, BENGKULU – Program Pemerintah Kota Bengkulu merubah SDN 9 dan SMPN 13 menjadi sekolah Islam Terpadu (IT) didukung semua pihak. Untuk Pemerintah Kota harus menyusun konsep SD-SMP IT yang matang. Sehingga bisa mencapai hasil yang maksimal jangan asal jadi. Ketua Yayasan Al Fida Bengkulu, Dr.H.Dani Hamdani, M.Pd mengatakan dalam membentuk sekolah Islam Terpadu (IT) harus melibatkan orang tua siswa. Karena partisipasi orang tua siswa sangat tinggi untuk kemajuan mutu pendidikan yang akan dibentuk.

Sekolah yang dipilih, lanjutnya, harus memperhatikan SDM nya sebagai tenaga pendidiknya dan menambahkan reward agar kesejahteraan guru tersebut bisa terjamin. Karena mungkin selama ini kalau di sekolah negeri pulangnya lebih cepat. Kalau untuk sekolah IT menggunakan sisten Fulday pulang sampai sore. Tentu penghasilan gurunya juga disesuaikan. Misalnya gaji yang rutin ada dan ditambah lagi tunjangan khusus dari Pemkot.

“Membentuk sekolah IT ini kita perlu menyamakan kesepakatan visi, merencanakan programnya, komitmen bersama, dan melakukan pelatihan gurunya,” ungkap Dani Hamdani yang sudah sukses mendirikan dan menjalankan Sekolah IT dari TK, SD, SMP hingga SMA.

Sehingga kedepannya berjalan dengan matang, jangan kedepannya nanti beranggapan kalau sudah berbasis agama semua guru harus mampu membaca AL Qur’an, harus pintar berdakwah juga. Untuk itu jangan sampai salah persepsi dalam membentuk sekolah IT. Untuk konsep pembentukannya harus benar–benar dianalisis terlebih dahulu. ”Sehingga kita mampu melihat kekuatannya apa, peluang, kendala, ancamannya. Dari hasil pengamatan kita baru bisa menerapkan konsep yang pas untuk sekolah kita,” ujar mantan Kadis Dikbud Kota ini.

Untuk hasilnyapun tidak bisa langsung dilihat dalam waktu yang singkat. Karena semua membutuhkan proses. Pemerintah juga harus benar–benar menggandeng orang tua yang diwakilkan dengan komite, guru, kepala sekolah untuk duduk bersama bagaimana cara untuk menjalan sekolah yang berbasis agama ini.

“Sekolah juga harus sering mengajak orang tua untuk berkomunikasi jangan hanya melakukan pertemuan saat menjelang penerimaan raport. Kalau kita di yayasan Al Fida selalu mengadakan setiap bulan Pertemuan Orang tua Murid Guru (POMG) untuk menyamakan visi dan misi sehingga pelajaran yang di sekolah menyambung dengan pembelajaran di rumah,” ucap Dani Hamdani.

Ditambahkan, untuk Sekolah IT biasanya memadukan kurikulum negeri dengan kurikulum keislamannya dan tidak mesti untuk mengganti kurikulum yang ada. Untuk memasukkan kurikulum keislaman ini kita juga harus melihat kesiapan apakah guru yang ada di sekolah ini siap menerapkannya? Bahkan Dani open kalau ada yang ingin ditanyakan, bahkan yayasan ini juga sering digunakan tempat magang dan bukan hanya dari Bengkulu bahkan dari luar daerah.

Untuk kemajuan mutu pendidikan sekolah IT, tambahnya, yang harus menjadi juga perhatikan adalah mempersatukan tiga elemen yaitu sekolah, orang tua dan lingkungan. Semua itu harus terpadu bukan dalam hal keagamaan saja tapi semua segi. “Pihak sekolah juga harus mampu memberikan jaminan mutu pendidikan kepada orang tua,” kata Dani Hamdani.

Apresiasi dari Pimpinan Pondok Harsalakum

Selain itu Pimpinan Pondok Al Qur’an Harsallakum Buya H. Harius Rusli, Lc juga sangat mengapresiasi apa yang menjadi program pemerintah membuat SD-SMP IT. Tapi ada hal yang perlu diperhatikan Pemerintah. Apa yang menjadi kebutuhan suatu bangsa dan menseimbangan antara kurikulum negara dan kurikulum sekolah yang berbasis agama. Kalau para siswa bisa di pondokkan, pemerintah akan mudah mengarahkannya dan membentuk siswa. Sehingga apa yang diajarkan sesuai apa yang menjadi kebutuhan yang diinginkan.

Bahkan untuk lebih menjamin mutu keagamaannya pemerintah bisa membuat seperti pondok pesantren. Dimana nantinya para siswa akan digodok semaksimal mungkin dengan pengawasan full selama 24 jam. Pemerintah juga harus memperhatikan dari segi keuangan. Karena untuk membangun sekolah yang berbasis IT ini lebih banyak menggunakan uang, baik itu dari segi fasilitas dan gurunya.

“Agar lebih terarah, pihak sekolah juga harus menyediakan guru yang mempunyai basis yang tepat. Seperti guru khusus Al –Qur’an, guru Hadist, Guru Fiqih di luar guru yang ada di sekolah negeri tersebut,” ujar Harius Rusli.

Kalaupun nanti sekolah negeri ini dijadikan sekolah IT maka pemerintah juga harus memperhatikan dan menggratiskan. Karena masyarakat ini pada umumnya sudah mengetahui bahwa untuk masuk ke sekolah negeri ini gratis.

Menurut Harius sebaiknya siswa tersebut dipondokkan. Karena akan mudah mengawasi apa yang dilakukan anak. Sebab hal yang sangat mempengaruhi kualitas anak adalah lingkungan yang ada di sekitar siswa.

“Apalagi saat ini siswa yang bisa masuk ke negeri ini adalah siswa yang hebat. Tinggal bagaiman cara kita untuk mengolahnya. Beda dengan pesantren, bahwa orang tuanya datang menitipkan anaknya karena beberapa faktor yang tidak bisa dilakukan orang tua,” demikian Harius Rusli, lulusan Perguruan Tinggi Hebat di Timur Tengah ini. (Sir1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: