Tambo Marga VII Pucukan Bengkulu Selatan ( 1 ) - Air Manna yang Dikungkung Hutan Lebat
Air Manna yang Dikungkung Hutan Lebat
MARGA VII Putjukan (Pucukan-red) merupakan salah satu marga yang ada di Bengkulu Selatan. Marga ini terbentuk sejak zaman tempo dulu. Mengapa daerah ini dinamakan Marga VII Pucukan? Siapa saja yang jadi pemimpinnya? Silakan baca 13 buah laporan wartawan RADARBENGKULU.DISWAY.ID Tentang Tambo Marga VII Pucukan yang diturunkan secara bersambung mulai hari ini.
AZMALIAR ZAROS - Manna, Bengkulu Selatan
RADARBENGKULU.DISWAY.ID - WALAUPUN Marga VII Pucukan sudah ada sejak berabad-abad lalu, namun sayangnya warga Bengkulu Selatan tidak banyak yang tahu asal usulnya secara pasti.
Mereka cuma tahu memang ada Marga VII Pucukan itu. Beruntung, setelah bertanya ke sana kemari, akhirnya sejarah Marga VII Pucukan itu berhasil didapatkan. Sumbernya itu adalah tambo dari keturunan Marga VII Pucukan, Achmad Marzuki.
Dia tinggal di Simpang Tiga Rukis. Sejarah Marga VII Pucukan itu juga dilengkapi dengan silsilah dan nama-nama mereka yang memimpin Marga VII Pucukan beserta anak cucunya.
Silsilah ini dibuat tanggal 1 April 1988 oleh H. Jubahar yang dikutipnya dari naskah asli orangtuanya dahulu, yaitu dari M Safri dan telah disempurnakan berdasarkan besluit Angkatan Belanda dan riwayat Marga VII Pucukan naskah Pangeran Achmad Marzuki.
Namun dalam tambo yang dibuat dengan mesin ketik dengan menggunakan ejaan tempo dulu dan juga menggunakan ejaan sekarang ini, itu tidak disebutkan tahun berdirinya Marga VII Pucukan itu secara jelas. Namun dalam tulisan tambo itu diungkapkan, mereka ini sudah lama eksis.
Bahkan keturunannya sampai saat ini sudah ada 13 keturunan. Achmad Marzuki dalam tambo tersebut merupakan generasi terakhir.
Berdasarkan sumber dari Tambo Marga VII Pucukan ini, letak Marga ini adalah berhampiran dengan Kota Manna, ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan sekarang ini.
Mereka ini termasuk bagian dari marga yang tertua di Onder Afdeling di daerah Bengkulu Selatan ini.
Adapun penduduk dari marga ini, menurut tambo yang didapatkan tersebut, mereka terdiri dari tujuh keturunan. Yaitu, keturunan Minang Kabau dari Sumatera Barat, Anak Pendjalang, Anak Gumay, Anak Semidang, Anak Djarakan, Anak Lubuk Umbai, Anak Cirebon.
Sebelum daerah ini bernama Marga VII Pucukan, daerah ini merupakan daratan luas dan perbukitan yang masih memiliki hutan besar atau hutan lebat dan disana ada sungai yang bernama Air Manna .
Disana masih banyak hewan liar berkeliaran. Warganya juga belum banyak. Tak perlu heran kalau dahulunya banyak sekali ditemukan harimau, ular, babi hutan.
Warganya pada saat itu tidak banyak yang tinggal di tengah hutan itu. Mereka lebih memilih tinggal dekat pantai. Sebab, di pesisir pantai lebih aman dibandingkan dengan tinggal dikungkung atau ditengah hutan lebat tersebut.
Sehingga, tidak perlu heran kalau di pesisir pantai itu ada orang membuat jalan. Bahkan, zaman Inggris, Belanda, mereka membut jalan itu di sepanjang pantai itulah.
Barulah setelah zaman kemerdekaan, warga atau pemerintah membuat jalan dengan membelah hutan itu agar bisa dilalui oleh kendaraan.(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: https://radarbengkulu.disway.id