Drg. Edriwan : Berpikir Positif, Kunci Keberhasilan Sembuh Dari Covid-19
RBO, BENGKULU - Drg. H. Edriwan Mansyur Noor, MM memberikan motivasi bagi para pasien yang terpapar Covid-19. Menurutnya, kalau ingin cepat sembuh, mereka harus berpikir positif. Mereka harus yakin penyakit tersebut bisa disembuhkan.
"Jadi, dimasa era pandemi Covid-19 ini, kita sudah alami hampir selama 7 bulan. Dari Maret sampai Oktober 2020, kasus positif bukan menurun. Tapi, makin meningkat. Makin meningkat ini ada dua hal. Bisa jadi karena kondisinya memang tersebar atau dari petugas kesehatan rajin melakukan kontak tracing atau temuan kasus. Terlebih lagi, kondisi Covid-19 hampir 100 persen, bahkan 90 persen lebih pasien meninggal karena ada faktor penunjang lain. Namanya faktor comorbid (penyakit penyerta). Bisa jadi karena penyakit ketuaan, diabetes, jantung dan sebagainya. Tidak ada yang berdiri sendiri, tiba-tiba terpapar Covid-19. Lalu meninggal dunia," ujar Drg. Edriwan kepada radarbengkuluonline.com, kemarin.
Maka dari itu, lanjutnya, kasus positif yang meninggal di Indonesia atau khususnya di Provinsi Bengkulu, dengan jumlah kasus positif di atas 8 ratus orang, sebagian besar didominasi Orang Tanpa Gejala (OTG) dari 39 orang yang meninggal di Provinsi Bengkulu. Sebab, banyak sekali pasien yang sembuh didominasi pasien OTG tadi.
"Terlebih lagi penanganan Covid-19 harus dilakukan secara tepat. Kalau di rawat di rumah sakit yakin bisa sembuh. Kenapa yakin bisa sembuh di rumah sakit, sebab disembuhkan dulu faktor penyakit penyerta pasien tersebut. Kalau ada penyakit demam, tipes dan lain-lain. Sudah sembuh dari penyakit penyerta dari pasien tadi, baru ditangani penyakit Covidnya. Sedangkan untuk pasien yang dirawat di rumah sendiri (isolasi mandiri), mereka lebih cenderung pada peningkatan daya tahan tubuh. Jadi bisa dibilang kunci keberhasilan itu, jika dirawat di rumah sakit ataupun melakukan isolasi mandiri semuanya harus berpikir positif," terangnya.
Dijelaskannya, kenapa harus berpikir positif? Sebab, penyakit seperti colesterol dan lainnya bisa di kontrol. Kemudian, kalau dirawat di rumah, para pasien harus meningkatkan daya tahan tubuh, bahwa harus yakin bisa disembuhkan. Yakinkan dalam diri bahwa Covid-19 memang ada obatnya. Apa obatnya? Dari diri kita sendiri. Misalnya, mengkonsumsi vitamin. Selain itu ada obat tradisional yang mungkin sudah lama diterapkan oleh nenek moyang terdahulu, bukan berarti dia bilang itu obat Covid-19. "Ketika daya tahan tubuh meningkat, dan berpikir positif, makan yang banyak, yakin akan sembuh, mudah-mudahan bisa sembuh," ungkapnya.
Edriwan juga menceritakan pengalaman pribadinya yang kini menjabat sebagai tenaga kesehatan. Salah satu petugas yang menangani Covid-19 di Dinkes Provinsi, karena kondisi tersebut, saat itu dia juga termasuk yang terpapar Covid-19. Terpaparnya bukan karena tidak mentaati protokol kesehatan. Disaat dia bertugas bersama para tenaga kesehatan lainnya 24 jam, dalam artian tidak ada liburnya berbulan-bulan, semenjak mewabahnya di Indonesia dan terjadi di Provinsi Bengkulu.
"Saya dan rekan-rekan yang lainnya, bergulat melawan Covid-19 hampir setiap hari. Tidak ada waktu libur bekerja, rilis kasus positif, meninjau tempat kesehatan dari rumah sakit, puskesmas, karantina dan lainnya. Kami bertemu dengan orang yang tidak diprediksi. Misalnya berkunjung ke perbatasan dengan provinsi tetangga. Kami juga ikut memantau. Ketika melakukan pemantauan , pengukuran suhu dan lain-lain, tidak disangka dan saya juga tidak tau terpaparnya dari mana. Dari hasil kontak tracing yang memang tenaga kesehatan sangat banyak terpapar Covid-19. Apalagi masyarakat pernah mendengar ataupun membaca kejadian saat Covid-19 mulai membludak, dari tenaga kesehatan di Rumah Sakit M.Yunus yang dikarantina sebanyak 50 orang lebih, dari dokter spesialis, umum, bahkan aparat penegak hukum juga positif Covid-19. Nah, di zaman itulah mau tidak mau, saya salah satu dari yang terpapar Covid-19. Tapi Alhamdulillah, terpaparnya kategori OTG," tuturnya.
Diceritakan lebih lanjut oleh Drg. Erdiwan, ketika dia dilakukan kontak tracing untuk menentukan bahwa dia positif atau tidak, gunanya untuk memutus rantai penularan Covid-19, setelah melakukan pengambilan swab, sembari memberikan imbauan pada masyarakat, bahwa Covid-19 bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Ketika dilakukan pengambilan swab, harus kuatkan mental. Maksudnya akan menerima apapun hasilnya baik positif maupun negatif.
"Alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Ketika hasilnya positif dan memang kondisinya seperti itu, ambil hikmahnya. Hikmahnya apa ? Rantai penularan Covid-19 terputus. Artinya, saya harus memisahkan diri dari keluarga. Saya punya anak, istri, tetangga, dan lain-lain saya harus memisahkan diri. Isolasi mandirinya kebetulan ada rumah yang memang tidak ditempati. Kemudian kami bisa melakukan isolasi mandiri. Kebetulan saya menilai ditempat tinggal saya itu, ada sebuah rumah yang bisa dimanfaatkan. Setelah dinyatakan positif, saya langsung mengisolasi mandiri. Dan saat dilakukan kontak tracing keluarga dekat, Alhamdulillah, semuanya negatif," paparnya.
Drg. Edriwan juga menceritakan banyak hikmah yang dia ambil selama menjalani isolasi mandiri saat itu, dia bisa beristirahat. Fokus beribadah. Kebetulan saat terpaparnya di bulan Ramadhan. Bahkan dia bisa mengqatam Quran dalam waktu 14 hari. Artinya, diisi kegiatan yang positif. Bisa menjalankan rutinitas olahraga setiap hari. Setiap pagi berjemur, bisa menjalankan hobi bermain gitar, dan terakhir yakin akan sembuh.
"Saya tidak pernah berpikir bahwa ini akhir dari segalanya. Ini merupakan masa untuk kesembuhan. Jadi imbauan saya kepada masyarakat yang mengalami musibah yang sama seperti saya kemarin, jangan khawatir dan takut. Bahwa kuncinya dengan berpikir positif tadi. Isi kegiatan isolasi mandiri dengan yang positif, dengan bermohon dan berdoa kepada Allah SWT. Sebagai umat muslim berpikir tidak ada yang bisa menolong kecuali Allah SWT. Setiap malam punya kesempatan untuk beribadah. Bisa menghibur diri. Bernyanyi, olahraga, ditambah dengan mengkonsumsi vitamin, makanan yang bergizi. Itulah yang membuat saya harus berpikir positif. Dan In sya Allah gejala yang dirasakan itu, secara psikis ada gejala batuk, tidak merasa ada gejala seperti demam. Hilang pengecapan saya harus isolasinya di rumah sakit. Itulah motivasi untuk kesembuhan. Karena sampai detik ini belum ada obat yang pasti. Kuncinya adalah motivasi berpikir positif," sampainya.(ach)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: