Kesenian Dol, Musik Tradisional Bengkulu yang Gemanya Mendunia

Kesenian Dol, Musik Tradisional Bengkulu yang Gemanya Mendunia

radarbengkuluonline.com, BENGKULU - Jika Afrika punya Udu, Papua punya Tifa, Kalimantan Barat punya Tuma, maka Bengkulu punya alat musik yang terkenal bernama Dol. Dol merupakan alat musik asli Bengkulu yang berukuran 70-125 cm dengan tinggi 80 cm yang dimainkan dengan cara dipukul, alat pukul yang memiliki Panjang 30 cm dan diameter 5 cm.

      Zulfikar Hanani (46), merupakan penerus secara turun- temurun yang menjaga dan merawat galery gol. Sampai saat ini beliau masih dengan telaten membuat dol tanpa adanya perubahan dari setiap detailnya. ‘’ Sebelumnya galeri ini merupakan sanggar tari dan kemudian berubah menjadi galeri Dol,’’ ujar Zulfikar di tempat usaha galerinya di Pondok Besi, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu saat dihubungi radarbengkuluonline.com  Sabtu, (15/1). SILAHKAN BACA: Kado Unik yang Membawa Pundi-Pundi Duit

       Zul-- sapaan akrabnya sudah lama menjalankan usaha milik kakeknya. Yaitu sejak tahun 1982. Dol dimainkan sebagai alat musik pengiring saat acara Tabot. Tabot merupakan festival budaya tahunan yang diselenggarakan saat masuk bulan Muharram dari tanggal 1-10 Muharram untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hasan dan Husein.

 Dol pada umumnya terbuat dari bonggol kelapa. Ia  memiliki berat kisaran 30 kg dan umur pohonnya sekitar 15-20 tahun. “Saat pembuatan dol itu dalam satu minggu kita dapat membuat 4 alat music yang belum jadi. Dan masih berbentuk kelawang (bonggol kelapa yang sudah dibentuk).” BACA DULU: Pabrik Kerupuk Bahagia Sukses Karena Ini

      Selain itu, kulit sapi yang menjadi bahan utamanya sekarang masih sulit didapat. Karena produksi kulit sapi paling banyak dilakukan ketika Idul Adha. Karena rumah produksi dol ini hanya bisa memproduksi banyak ketika hari tertentu. Jika tidak, mereka harus mencari alternatif lain.

      “Kalau lebaran kita beli perlembar dengan harga Rp.100 ribu/perekor. Kalu bukan lebaran haji kita beli dengan harga Rp 12 ribu per/kg,” ujarnya.

Tidak semudah yang dilihat, butuh proses yang panjang agar bisa dimainkan dan bisa dijual. Proses bembuatan satu dol yang memakan cukup banyak waktu dan pemasangan kulit yang juga terbilang sulit. “Satu lembar kulit kita bisa dapat 3-4 dol. Itupun jika tidak sobek,” paparnya.

Tidak semua orang bisa membuatnya, dan tidak sembarang orang bisa memainkannya. Zaman dulu hanya orang keturunan Tabot yang bisa memainkan Dol. Dan bangganya lagi Dol sudah mendapatkan Predikat International dengan Predikat The Best Ferpormance di Singapura Art Festival (di Solo Tahun 2007). Bahkan banyak tamu yang datang berkunjung ke Galerinya di Bengkulu ini. “Ada yang dari Thailand dan Malaysia, terus artis terkenal seperti Iwan Fals dan Caca Handika pernah berkunjung kesini.” BACA JUGA: Ini Dia Orang Bengkulu Yang Tersangkut Namanya di Jalan (25)

Dari keindahan warna Dol yang kita lihat, di dalamnya memiliki banyak sekali makna dan arti yang sebagian orang belum mengetahui hal itu. “Kalau warna merah artinya mati beracun, warna putih melambangkan suci, warna hijau juga memiliki arti tersendiri, tetapi bukunya sudah hilang.“

Selain pembuatannya yang susah cara memainkan dol juga terbilang sulit. Tidak sembarang pukul. Melainkan ada ketukan tersendiri. Setiap pukulan memiliki namanya masing-masing dan pukulannya juga berbeda-beda. “Pemukulannya itu ada empat macam. Pertama lego, suari, meradai terakhir antam-antam, “ tegasnya.

Sudah seharusnya kita sebagai pemuda penerus bisa memperkenalkan alat music dari Provinsi kita. Ia juga berharap jika alat musik ini bisa terus dilestarikan dan jangan sampai ketinggalan. Hal ini lah yang bisa memajukan budaya Bengkulu. (Mg-2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: