Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (5)
Inilah Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan ,Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB-Azmaliar Zaros-
PENGANTAR REDAKSI:
Kota Bengkulu merupakan ibukota Provinsi Bengkulu. Kota yang memiliki nama kelurahan yang unik-unik itu juga memiliki riwayat tempo dulu. Apa itu? Yaitu, Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu. Bagaimana riwayatnya, silakan baca laporan khusus wartawan RADARBENGKULUONLINE.COM itu secara bersambung ini sampai tuntas.
Walaupun tulisan ini belum lengkap, setidaknya bisa jadi bahan masukan untuk semua pihak. Kalau pun ada kekurangan, ini bisa diperbaiki oleh tokoh masyarakat Bengkulu untuk menuju ke arah kesempurnaan. (*)
Pesirah Bangkahulu Berangkat ke Ranah Minang
AZMALIAR ZAROS - Kota Bengkulu
RADARBENGKULUONLINE.COM - Setelah semufakat semua, berjalanlah mereka menuju Minang Kabau. Setelah berjalan beberapa lama, sampailah mereka di daerah yang dituju itu. Lalu masuk menghadap Menteri empat balai serta menceritakan maksud kedatangan mereka.
Pada suatu hari, segala pesirah itu dibawa oleh menteri empat balai masuk di Kampung Dalam untuk menghadap Syah Alam sebagaimana adat istiadat selama ini.
Setelah sampai dihadapan Sultan, mereka itu kemudian menjunjung sembah serta sujud ke bawah duli yang dipertuan.
Kemudian bertuturlah pesirah itu dari mulanya mendapat negeri Bangkahulu sampai dia bertemu Baginda Maharaja Sakti. Kemudian juga menyampaikan soal keinginan dia yang sudah meminta Baginda itu menjadi raja Kerajaan di Bangkahulu.
Dia juga menyampaikan semua jawaban yang dikatakan Baginda Maharaja Sakti waktu itu. Kemudian mereka memohon seorang kalifah daripada yang dipertuan untuk menjadi kerajaan di Bangkahulu.
Setelah Sultan mendengar akan hal yang demikian, Baginda jadi tersanjung. Dia berkata,’’Atas permintaan kamu, boleh hamba perkenankan. Tetapi atas siapakah yang kamu tentukan namanya?’’tanyanya.
Mereka menjawab, bahwa yang mereka minta itu adalah Tuan Baginda Maharaja Sakti. Karena, mereka sudah merasakan keadilannya sewaktu dia di Bangkahulu.
Baginda tatkala itu sudah berhasil mendamaikan perselisihan diantara pesirah empat di Bangkahulu. Atau siapa saja yang dikarunia akan kerajaan di Bangkahulu, mereka akan menjunjungnya dengan hati yang suci dan muka yang jernih.
Kemudian yang dipertuan berkata,’’Jika demikian, tunggulah dahulu disini. Nanti akan disuruh untuk cari Baginda Maharaja Sakti.’’
Setelah itu, Syah Alam memerintahkan orang mencari Maharaja Sakti. Setelah berjalan beberapa lama, maka bertemulah Baginda itu di Bukit Siguntang. Yaitu antara Palembang dengan Jambi.
Lalu, sujudlah pesuruh tadi dan dia mengatakan segala perintah Sultan akan baginda itu. Seketika itu juga tuan Baginda Maharaja Sakti kembali ke Minang Kabau. Tak berapa lama sampailah dia ke Pagaruyung.
Lalu masuk ke Kampung Dalam menghadap daulat yang dipertuan serta menjunjung sembah dengan mengatakan segala hal ihwal dalam perjalanan, sebagaimana perintah yang dikehendaki oleh yang dipertuan.
Setelah itu, Sultan menyampaikan maksud dan niat pesirah yang datang dari Bangkahulu tadi. Yaitu, meminta dia jadi raja di kerajaan Bangkahulu. Setelah mendengar permintaan itu, dia menjunjung sembah dan mengatakan tidak mau menjadi raja di kerajaan Bangkahulu.
Karena , tidak ada berdiri isyaratnya. Karena itu, dia minta carikan orang lain saja di alam anak cucu di Pagaruyung atau Sungai Tarab agar tidak mengecewakan orang.
Lagi pula, tiap-tiap kerajaan di dalam Pulau Perca ini belum terkenal di tempat lain selain dari Pagaruyung dan Sungai Tarab. Ini, bukan kata Bakijek bagurinda, bukannya kata bersending berlancung dan bukannya kata berdengki berkhianat.
''Kata itu ialah dengan benar. Jika pekerjaan itu diterima, bila bertemu selisih dengan malu, terbenam alam Minang Kabau. Tuan juga yang menanggung malu,'' ujarnya. (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: