Jihad Yang Paling Baik Adalah Pengendalian Hawa Nafsu
Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd-Adam-
Oleh : Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd
(Dosen UIN FAS Bengkulu dan Imam Masjid Raya Baitul ‘Izzah Provinsi Bengkulu)
BENGKULU, RADARBENGKULU, DISWAY.ID - Deradikalisasi adalah sebuah program yang bertujuan untuk menetralkan pemikiran-pemikiran bagi mereka yang sudah terpapar dengan radikalisme. Hal ini erat kaitannya dengan pembahasan tentang jihad yang paling besar adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan hawa nafsunya.
Salah satu nikmat (potensi) yang luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia adalah nafsu. Nafsu dapat diartikan suatu gerakan yang ada di dalam jiwa manusia berupa adanya keinginan atau kehendak terhadap sesuatu yang dapat memberikan sebuah kenikmatan atau kepuasan bagi dirinya.
Nafsu manusia juga dapat dimaknai sebagai sebuah kekuatan yang ada di dalam diri manusia, sehingga dengan nafsu tersebut manusia bisa berkembang, dapat melakukan perubahan, mampu memakmurkan bumi ini dalam rangka menjalankan salah satu tugasnya yang mulia. Yakni sebagai Khalifatum fil-ardh di samping tugasnya yang paling utama yakni mengabdi/menyembah kepada Allah SWT (ta’abbud ilalloh). Dan dengan adanya nafsu, manusia mampu mengolah (memanejemen) alam jagat raya ciptaan Allah ini supaya tercipta keseimbangan serta lebih bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia itu sendiri.
Namun harus diingat, bahwa nafsu manusia tersebut sangat rentan (cenderung) untuk melakukan berbagai kejahatan atau yang dilarang oleh Allah SWT dan RasulNya. Sebagai firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Yusuf ayat 53 :
Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Dari penjelasan ayat di atas dapat diketahui bahwa nafsu manusia tersebut sangat perlu mendapat bimbingan. Terutama bimbingan dan kasih sayang Allah Swt dan RasulNya Nabi Muhammad SAW melalui ajaran agama Islam yang sumber ajarannya adalah Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Sebagaimana Sabda Nabi SAW :
Artinya : Rasulullah SAW bersabda : Aku tinggalkan bagi kamu dua pusaka yang sangat berharga. Jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya. Yakni Kitab Suci al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. HR. Bukhari dan Muslim.
Dari penjelasan Hadits di atas dapat dipahami bahwa setiap manusia jika ingin selamat dunia dan akhirat perlu ada kesungguhan dalam arti berjihad untuk senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW, terutama berjihad dalam mengendalikan hawa nafsu yang sewaktu-waktu mampu menyeret kita kepada kejahatan dan kesesatan yang sangat dimurkai oleh Allah SWT dan RasulNya. Berjihad di jalan Allah SWT memang adalah sesuatu pekerjaan yang sangat mulia di sisiNya. Hal ini dijelaskan di dalam firman Allah SWT pada surat as-Shaf ayat 10-13 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”
Selanjutnya Rasulullah Saw bersabda :
Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda : Apakah amal perbuatan manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT ? Beliau bersabda : Melaksanakan salat pada waktunya. Kemudian, apa lagi ? Beliau bersabda : Berbakti kepada kedua orang tua. Kemudian, apa lagi ? Beliau bersabda : Berjihad di jalan Allah SWT. HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, dan an-Nasa’i
Sesuai dengan makna asal dari kata-kata “JIHAD” adalah “sungguh-sungguh”. Kata-kata “JIHAD” selalu dirangkaikan dengan kalimat :”FI SABILILLAH”, yakni “JIHAD FI SABILILLAH,” sehingga istilah ini menjadi sebuah istilah yang sangat dalam dan luas pengertiannya. Artinya, jika seseorang melakukan suatu tindakan dengan alasan jihad fi sabilillah, maka ia harus sungguh-sungguh dan memastikan bahwa tindakannya itu sebagai tindakan atas dasar menjunjung tinggi keridhoan Allah Swt dan keselamatan diri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya.
Bukan sebaliknya, justru membahayakan diri sendiri (seperti bom bunuh diri), mencelakai orang-orang tak berdosa, menghancurkan lingkungan sekitar. Ini bukan jihad fi sabilillah, tetapi perbuatan semacam ini adalah perbuatan “JAHAT” yang amat sangat dimurkai oleh Allah SWT dan RasulNya. Dengan demikian, sesungguhnya yang dinamakan jihad fi sabilillah itu adalah bagaimana seseorang bertindak dan berperilaku dalam hidup dan kehidupan ini dengan mengedepankan pengendalian hawa nafsu dan konsisten (istiqomah) dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Karena JIHAD yang paling besar nilainya di sisi Allah swt dan rasulNya adalah jihad berupa pengendalian hawa nafsu. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Dari Jabir R.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda : Kamu telah datang dengan sebaik-baik kedatangan, kamu datang dari jihad yang sangat kecil (perang melawan orang kafir) menuju jihad yang lebih besar, jihad seorang hamba yang sebenarnya adalah berperang melawan nafsunya” (HR. al-Khathibi).
Pada hakikatnya, jihad juga dapat diartikan sebagai kesungguhan kita dalam menjalankan ‘amar ma’ruf nahi munkar, meringankan beban orang lain. Seperti membantu janda-janda yang ditinggal mati oleh suaminya, membantu fakir miskin dan anak yatim. Sebagaimana sabda beliau Nabi Muhammad SAW :
Artinya : Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda : Orang yang berusaha meringankan beban para janda yang ditinggal mati oleh suaminya dan membantu orang-orang miskin adalah sama pahalanya dengan berjihad di jalan Allah Swt. HR. Bukhari, Malik, dan selain keduanya.Selanjutnya Nabi SAW bersabda :
Artinya : Dari Sahl bin Sa’ad, dari Nabi saw, beliau bersabda : Saya dan orang yang memelihara anak yatim sama-sama berada di syurga seperti jari-jari tangan saya ini (beliau menujukkan dengan jari-jari tangannya, yakni seperti ibu jarinya dan jari tengahnya). HR. Bukhari, Muslim, Malik, Abu Daud, Tirmizi, dan An-Nasai. Demikianlah, semoga bermanfa’at bagi kita semua, amin ya Rabbal ‘alamin.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: