Khotbah Idul Fitri: Aktualisasi Nilai-Nilai Fitrah dan Keadaban Bagi Kedamaian Umat Manusia

Khotbah Idul Fitri: Aktualisasi Nilai-Nilai Fitrah dan Keadaban Bagi Kedamaian Umat Manusia

Madsani-Adam-

Oleh : Madsani, (Ketua Dewan Masjid Indonesia Kec. Kampung Melayu Kota Bengkulu)

 Khutbah Idul Fitri 1444 H./ 2023 dari Masjid Isqomah Kelurahan Kandang, Kota Bengkulu

 

Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokatuhu.

Allahuakbar 9x dst ……

 

Hadirin Jamaah Salat Idul Fitri rahimakumullah,

RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Alhamdulillah pada pagi yang penuh berkah ini kita oleh Allah SWT masih diberi kesempatan untuk merayakan hari kemenangan Idul Fitrah 1444 H dengan bersama-sama membaca Takbir, Tahmid, dan Tahlil mulai kemarin setelah tenggelamnya matahari hingga sekarang.

Mudah-mudahan serangkaian ibadah yang kita lakukan bersama diterima oleh Allah sebagai ungkapan rasa syukur kita kepadaNya. Untuk itu marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dalam artian melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Yaitu dengan tidak akan melakukan kemaksiatan apa pun. Karena hanya dengan itulah kita dapat meningkatkan kualitas ketaqwaan kita dan terhindar dari nafsu angkara murka yang merugikan.

Begitu juga ibadah puasa Ramadan dan segala aktivitas ibadah didalamnya yang telah kita laksanakan sebulan penuh dapat menjadikan diri kita insan yang Muttaqin. Yaitu insan yang kembali kepada kesucian, kembalinya nilai-nilai kemanusiaan dan kesucian dalam sanubari seorang Muslim yang menyertai kesehariannya untuk kepentingan ukhrawinya.

 

Allahu akbar 3x, wa lillahil hamd

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah,

Bulan Ramadan yang bertuah, penuh rahmat dan maghfirah, bulan ujian dan pembinaan, bulan pendidikan ke arah kebenaran, ketabahan, kerendahan hanya untuk tidak berlaku sombong dan pongah, kekhusyu’an untuk selalu mengabdi kepada Allah, tidak melakukan kemaksiatan apa pun, keihlasan dalam setiap tindakan, kebaikan dalam setiap kebenaran dan kemaslahatan, dan rasa solidaritas terhadap sesama.

Dari segi itulah, puasa adalah merupakan pintu peribadatan dan dapat dijadikan perisai dan pengendalian diri agar menjadi hamba Allah yang bertaqwa.

Sebagaimana Firman-Nya yang Arnya: “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (Albaqarah :183)

 

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Kini bulan Ramadan yang mulia itu telah meninggalkan kita. Namun hal yang perlu dicatat dan diperhatikan adalah bagaimana pengaruh puasa itu pada diri kita terhadap sebelas bulan berikutnya.

Indikator puasa kita mabrur adalah bertambahnya kualitas taqwa kita, yang berarti bertambahnya kemampuan kita untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Bertambahnya kemampuan kita menjaga diri dari segala yang membawa kerusakan dan bencana.

Bertambahnya kemampuan kita untuk menjaga masyarakat dan bangsa ini dari kerusakan dan bencana yang menyebabkan mereka menderita lahir ba)n, dunia akhirat.

Mudah-mudahan dengan selesainya pelaksanaan ibadah shiyam itu, hilang hapus lah dosadosa dan kesalahan kita, tersingkir lah sifat-sifat tamak dan loba kita, lenyap lah dari ha) kita sifat yang buruk, serta jauh dari rayuan syaithoniyyah, kemungkaran, kemaksiyatan, dan kekejian lainnya. Sehingga tumbuhlah kelembutan hati dan kejernihan pikir menuju ridlo Illahi. 

Sekarang kita telah memasuki hari ‘Idul Fitri, hari yang penuh kebahagiaan untuk kita dan untuk semua umat Islam yang telah memenuhi ibadah shiyam-nya pada bulan Ramadhan.

 

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Dengan berhari raya Idul Fitri ini mari kita kembali mengaktualisasikan nilai-nilai Fitrah (kesucian) yang terkandung dalam puasa Ramadan untuk mewujudkan keharmonisan umat manusia, diantaranya yaitu :

 

1. Nilai ke-Ikhlasan

Yaitu salah satu nilai hidup bila semua dilakukan benar-benar murni/tulus karena Allah semata, dia tidak mudah berbangga diri karena pujian.

Tidak mudah patah hati sebab dicaci, bisa melupakan kebaikan yang pernah dilakukan buat yang lainnya. Sebab semua tadi dilakukan hanya mencari ridha Allah SWT.

Nilai ke-ikhlasan itu tertanam dalam puasa Ramadan karena puasanya hanya menyandarkan kepada Allah SWT. Sehingga fitrahnya (kesuciannya) tetap terjaga.

 

2. Nilai Kesabaran

Selama puasa Ramadan kita semua dilatih mengendalikan nafsu untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat membatalkan puasa dan membatalkan pahala puasa, sehingga akan menumbuhkan nilai-nilai kesabaran didalam hati.

 

3. Nilai Muroqobah (rasa kehadiran Allah dalam hidupnya)

Nilai keikhlasan yang sudah tertanam dalam hati akan melahirkan nilai Muroqobah. Yaitu sikap mental atau kesadaran diri bahwa ia selalu dilihat atau diawasi oleh Allah Swt. Kesadaran demikian menumbuhkan sikap selalu mentaati perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya.

 

Muraqabah adalah keadaan merasakan kehadiran Allah di dalam segala kondisi, sehingga mempunyai bertanggung jawab pribadi yang besar di dalam kehidupan didunia. Sebab dia sudah mulai kembali pada asal kejadian. Yaitu orang yang mempunyai hati nurani, (hati yang selalu bersinar).

 

4. Nilai Empati (bisa merasakan yang dirasakan orang lain)

Sifat mengasihi kepada sesamanya yang diwujudkan dengan cara infaq, shodaqoh, dan zakat sebagai perwujudan nilai fitrah (kesucian manusia), yang tentunya akan melahirkan rasa empati dalam diri kita, kita merasa senang dan bahagia sebagai manusia apabila menjadi pribadi yang bermanfaat.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: yang artinya:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, adDaruqutni ).

 

Allahu akbar 3x, wa lillahil hamd

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah,

Kesucian yang kita dambakan itu adalah mengandung tiga unsur. Yaitu benar, baik dan indah. Sehingga seseorang yang ber-Idul Fitri dalam arti kembali ke kesuciannya akan selalu berbuat yang indah, benar, dan baik. Bahkan lewat kesucian jiwanya itu, ia akan memandang segalanya dengan pandangan positif. Ia selalu mencari sisi-sisi yang baik, benar, indah. Mencari yang indah melahirkan seni, mencari yang baik menimbulkan etika, dan mencari yang benar menghasilkan ilmu.

Dengan pandangan yang demikian, ia akan menutup mata terhadap kesalahan, kejelekan, dan keburukan orang lain. Kalaupun itu terlihat, selalu dicarinya nilai-nilai positif dalam sikap negatif tersebut. Dan kalaupun itu tak ditemukannya, ia akan memberinya maaf. Bahkan berbuat baik kepada yang melakukan kesalahan.

 

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah,

Puasa Ramadan disamping terkandung nilai-nilai Fitrah juga mengajarkan proses penguatan terhadap nilai-nilai keadaban. Nilai-nilai ini dibangun di atas prinsip: keimanan, menahan diri, serta kehati-hatian dalam seluruh prilaku dan tindakan. 

Puasa menuntut manusia agar bisa menahan diri.Bahkan dari hal-hal yang sebenarnya dibolehkan: makan minum, dan menyalurkan libido seksual  suami istri sejak terbit fajar sampai terbenam matahari selama sebulan penuh.

Pembiasaan menahan diri dari yang dibolehkan, agar lebih dapat menahan diri dari yang diharamkan, dari bertindak zalim, korup, tidak jujur, tidak sopan, tidak amanah, mengabaikan pihak yang lemah dan yang dilemahkan, dan lain lain.

Semua tindakan seperti itu jelas akan meruntuhkan martabat manusia, martabat bangsa, bahkan akan meluluhlantakkan peradaban itu sendiri.

Dengan prinsip iman, menahan diri, dan kehati-hatian yang merupakan esensi bangunan puasa yang sesungguhnya telah menguatkan nilai-nilai keadaban ummat,keadaban bangsa dan negara. 

Puasa mengasuh dan mensucikan jiwa, meninggikannya di atas materi duniawi, hasilnya antara lain : dapat menahan diri dari perbuatan haram seperti melakukan korupsi dan sejenisnya meskipun ada kesempatan melakukanya, karena tindakan korup pasti merusak iman, pasti merusak kesucian jiwa, pasti menzalimi, pasti merusak peradaban, dan yang pasti dibenci dan dimurkai Allah !

Sebagaimana Allah SWT memperingatkan dalam Firman-Nya yang artinya:َ

“Dan janganlah kalian makan harta diantara kalian dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kalian menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kalian dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kalian mengetahui.” (al-Baqarah 188).

 

Allahu akbar 3x, wa lillahil hamd

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah,

Nilai-nilai Fitrah dan keadaban dapat dijadikan tolok ukur karakter atau akhlak seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Baik aktifitas sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Sebagai hamba Allah akan tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah yang telah menciptakannya, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu”. (QS. Az-Zariyat : 56)

Kemudian sebagai khalifah dimuka bumi, kita dapat melaksanakan amanah sebagai khalifah atau pemimpin yang baik dengan mencontoh suri tauladan Nabi Muhammad SAW dalam memimpin umat manusia dengan sifat beliau yang Sidiq, tablig, fathonah dan amanah. Kepemimpinan yang baik tentu dimulai dari memimpin diri sendiri, menjaga diri dan keluarga serta masyarakat, bangsa dan negara dari siksa api neraka. Allah mengingatkan dalam firman-Nya yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." ( QS. At Tahrim : 6 )

Sebagai khalifah tentu memiliki jiwa dan tekad yang kuat untuk memakmurkan bumi Allah, berjihad dan berhijrah dijalan Allah serta memegang teguh komitmen kebangsaan dalam membangun peradaban negeri yang lebih baik terutama memperkokoh nilai-nilai fitrah (kesucian) dan nilai keadaban berupa keadilan, amanah, kejujuran dan sopan santun. 

Kemudian seseorang yang menjiwai nilai-nilai keadaban memiliki karakter mudah memaaGan dan memberi maaf kepada orang lain yang bersalah, apabila berbuat salah dengan orang lain selalu ingat dan )dak akan mengulangi kesalahan lagi, dan apabila berbuat baik dengan orang lain mudah untuk melupakannya sehingga terus ingin berbuat baik lagi. Karakter yang demikian inilah sebagai bentuk pengamalan perintah Allah dalam Al qur’an surat Ali Imran ayat 134 yang artinya: “ (yaitu) orang-orang yang mena;ahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaa;an (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Manusia sebagai hamba dan khalifah merupakan tujuan Allah menciptakannya guna untuk kemaslahatan dan keselamatan kehidupan manusia, kita menyadari dari mana kita berasal, dimana kita sekarang dan kita mau kemana setelah kehidupan dunia ini, sebagaimana Allah berfirman :ُ

Artinya: “Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Baqarah : 28)

Untuk mendapatkan kemaslahatan dan keselamatan tersebut mari kita meningkatkan hubungan baik dengan Allah dan sesama, membangun kebersamaan dan kedamaian umat manusia dengan nilai-nilai yang luhur, melaksanakan moderasi beragama yang baik dan benar dengan cara hidup rukun dan damai dengan sesama umat beragama.

Kemudian, antar umat beragama dan umat beragama dengan Pemerintah dan mari kita kuatkan persatuan dan kesatuan dengan bersillaturrahmi saling maaf memaaGan, halal bihalal dihari yang Fitri ini dimulai dari diri kita kepada kedua orang tua, istri kepada suami, saudara yang muda kepada yang lebih tua dan kepada rekan, adik sanak dan jiran tetangga dengan ucapan “ Minal ‘aidzin walfaidzin” mohon maaf lahir dan ba)n, selamat hari raya Idul Fitri 1444 H.

Allahu akbar 3x, wa lillahil hamd

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah,

Semoga kita mendapatkan hikmah dari pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan, sholat teraweh dan zakat fitrah yang telah kita tunaikan, mendapatkan kebaikan dan keberkahan dari nilai-nilai Fitrah (kesucian) dan keadaban, serta diberikan kekuatan lahir dan ba)n, mendapat pertolongan dan ampunan Allah SWT yang Maha Agung tempat kita memohon dan bergantung.

 

Marilah kita berdoa sejenak dengan khusu’ dan tawadu’ :

Allahumma ya Allah, ya Robb yang Maha rahman dan rahim,

Di hari bahagia penuh kesyahduan ini, kami segenap hamba-hamba-Mu hadir ditempat ini kami menyebut dan memanggil-Mu dengan jiwa yang fitri dan diri yang telah Engkau ampuni, jadikanlah kami sebagai insani yang berbak) penuh ar).

Wahai Rabb yang Maha penyayang, sayangi dan lindungi kami semua, ampuni kami dan orang tua kami, guru-guru kami, para pemimpin kami dan para pendahulu kami yang tak luput berbuat khilaf, salah dan dosa. Selamatkan kami hidup didunia dan bahagiakanlah kami hidup diakhirat, jauhkanlah kami dari siksa api neraka dan tempatlah kami dengan kasih sayang-Mu di Surgamu yang penuh dengan kenikmatan.

Ya Allah Dzat Maha Pembersih,

Bersihkan jiwa dan ha) kami dari sifat ha) tercela yaitu sifat iri dengki, dendam sakit ha), caci maki dan anarki, yang hanya menjerumuskan kami kelembah perpecahan yang )ada ar). Hiasi diri kami dengan ahlak terpuji dan nilai-nilai yang Islami di ha) kami yang bersih nan fitri.

Ya Allah yang Maha pemberi,

Berilah petunjuk dan bimbingan-Mu kepada kami dan para pemimpin negeri kami untuk dapat melayani kami dengan ha) dan ja) diri yang terpatri, berlaku adil dan bersih disegala sendi kehidupan insani. Satukanlah gerak dan langkah kami untuk membangun negeri ini, negeri tumpuan harapan kami yang indah makmur lestari, religius dan bahagia seja).

Ya Allah yang Maha penerima,

Terimalah amalan ibadah dan ketaatan kami, puasa dan zakat kami serta taubat kami. Lapangkanlah dan berka)lah rezki kami, sehatkanlah jiwa dan raga kami serta kuatkan iman dan Islam kami menuju ridho-Mu yang kekal abadi. Robbana a)na fidunya hasanah wafil akhira) hasanah waqina adzabannar, walkhamdulillahi robbil

amain ….. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: