Menjadi Pengajak Yang Baik
![Menjadi Pengajak Yang Baik](https://radarbengkulu.disway.id/upload/539ec45014f61aef2a4f782a90543ac2.jpg)
Sururi, M.Hi-Adam-
Dari : Masjid Besar Al-Amin, Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu.
Oleh : Sururi, M.Hi
RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Segala puji milik Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan salat Jumat.
Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran :
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik, dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. …” (An-Nahl [16]: 125)
Ayat ini tak hanya berpesan tentang keharusan seseorang untuk berdakwah secara arif dan santun. Melainkan, menegaskan pula bahwa tugas seseorang hamba kepada hamba lainnya adalah sebatas mengajak atau menyampaikan.
Mengajak tak sama dengan mendesak. Mengajak juga bukan melarang atau menyuruh. Mengajak adalah meminta orang lain mengikuti kebaikan atau kebenaran yang kita yakini, dengan cara memotivasi, mempersuasi, sembari menunjukkan alasan-alasan yang meyakinkan.
Urusan apakah ajakan itu diikuti atau tidak, kita serahkan kepada Allah subhânahu wa ta‘âlâ.
Jamaah salat Jumat rahikumullâh
Dakwah sangat dianjurkan dalam Islam sebagai pelaksanaan prinsip amar ma’ruf nahi (‘anil) munkar. Umat Islam diperintah untuk menyebarkan pesan kebaikan (ma’ruf) dan tak boleh berdiam diri ketika melihat kemunkaran.
Hanya saja, dalam praktiknya semua dijalankan dalam koridor yang bijaksana, sehingga usaha amar ma’ruf terealisasi dengan baik dan pencegahan kemungkaran pun tak menimbulkan kemungkaran baru lantaran tidak dijalankan dengan cara-cara yang mungkar.
Karena itu, kita mengenal dalam proses dakwah dua hal. Yaitu isi dakwah dan cara dakwah. Terkait isi, dakwah memiliki lingkup yang sangat luas. Dari persoalan akidah, ibadah hingga akhlak keseharian seperti ajakan untuk tidak menggunjing dan membuang sampah sembarangan.
Dakwah memang bukan monopoli tugas seorang dai, siapa pun bisa menjadi pengajak, namun dakwah menekankan pelakunya memiliki bekal ilmu yang cukup tentang hal-hal yang ingin ia serukan. Hal ini penting agar dakwah tak hanya meyakinkan, tapi juga tidak sepotong-sepotong.
Yang tak kalah penting adalah cara. Betapa banyak hal-hal positif di dunia ini gagal menular karena disebarluaskan dengan cara-cara yang keliru. Begitu pula dengan dakwah. Dalam hal ini kita bisa berkaca kepada Rasulullah.
Di tengah fanatisme suku-suku yang parah, kebejatan moral yang luar biasa, dan kendornya prinsip-prinsip tauhid, dalam jangka waktu hanya 23 tahun beliau sukses membuat perubahan besar-besaran di tanah Arab. Bagaimana ini bisa dilakukan? Kunci dari kesuksesan revolusi peradaban itu adalah da‘wah bil hikmah.
Seruan yang digaungkan dengan cara-cara bijaksana. Akhlak Nabi lebih menonjol ketimbang ceramah-ceramahnya. Beliau tak hanya memerintah, tapi juga meneladankan. Rasulullah juga pribadi yang egaliter, memahami psikologi orang lain, menghargai proses, membela orang-orang terzalimi, dan tentu saja berperangai ramah dan welas asih.
Hadirin yang semoga dirahmati Allah
Khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan jamaah sekalian bahwa ada rambu-rambu dakwah yang perlu diingat. Yakni, jangan membenci dan merendahkan orang lain. Apalagi mencaci maki dan memojokkannya. Karena jika hal itu kita lakukan, maka keluarlah kita dari motivasi dakwah sesungguhnya.
Dakwah berangkat dari niat baik, untuk tujuan yang baik, dan semestinya dilakukan dengan cara-cara yang baik. Itulah makna sejati dakwah.
Bila ada pendakwah gemar menjelek-jelekan orang atau golongan lain, mungkin perlu diingatkan lagi tentang bahasa Arab dasar bahwa da'wah artinya mengajak, bukan mengejek. Sehingga, dakwah mestinya ramah, bukan marah, merangkul bukan memukul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: