CERPEN: SANG PIATU
Lathifah Khairun Nisa-Fahmi-RADARBENGKULU
“Ay, berayak ajau” jawab Sang Piatu.
“Apau, melah masuk keghumah namaunyau, ” ajak Raja kepada Sang Piatu untuk masuk ke istananya. Sang Piatu pun mengikuti langkah Raja untuk masuk ke istana yang cukup besar itu.
“Yak, Rajau iluk nggetap akap- akapan ni,” ujar Sang Piatu saat sudah duduk santai di dalam ruang tamu istana.
“Tapau kedigetapkah Sang Piatu?” jawab Raja sambil tertawa.
“Yak, bemasak,” jawab Sang Piatu.
“Lum bediyau lukak amau akap-akap ni Sang Piatu,” Raja menjawab dengan santai.
“Nah, amau lum bediau lukak au, bentang kelah tikagh di sini,” ujar Sang Piatu.
“Batan tapau tikagh tu? Ini kursi adau amau ndak duduk,” ucap Raja heran.
“Pukuk au bentang kelah kuday tikagh besak disini,” Sang Piatu bersikeras. Rajapun menurutu keinginan pemuda yang ada dihadapannya itu. Ia memanggil pelayannya untuk menggelar tikar di sana.
“Nah cincin, Rajau ni ndak njamu kecik. Ndak nasi gulai, ndak ulam ndak lukak. Pukuk au penuhi luan Rajau ni,” ujar Sang Piatu. Lalu, melempar cincin secintau adau miliknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu