Refleksi Makna Perjalanan Hidup Manusia

Refleksi Makna Perjalanan Hidup Manusia

Dr. Iwan Ramadhan, M.Hi-Adam-radarbengkulu

 

Ketiga, prinsip “walaa tabghil fasada fil ardh.” Yaitu prinsip tidak berbuat keonaran dan kerusakan di muka bumi. Bila prinsip ini dipegang secara teguh dan sungguh-sungguh, seseorang akan dapat dengan mantap mewujudkan prinsip yang kedua.

Yakni kemampuan berbuat baik terhadap sesama dibarengi kemampuan menghindari kerusakan. Dalam situasi tertentu, bahkan prinsip ketiga ini harus lebih diprioritaskan ketimbang prinsip yang kedua.

 

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Ayat lain yang juga sangat penting kita renungkan dalam menapaki kehidupan ini adalah firman Allah berikut yang artinya :   “Persiapkanlah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. al-Baqoroh: 197)

 

Meskipun konteks ayat ini menjelaskan tentang perbekalan dalam perjalanan ibadah haji, namun sesungguhnya ayat itu juga menjelaskan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak.

Di mana, ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang mahsyar seperti halnya mereka berkumpul di Padang Arafah. Maka, bekal utama yang dapat menyelamatkan manusia adalah taqwa.

 

Imam Abu Abdillah Muhammad bin atau yang populer dengan nama Imam Fakhruddiin seorang mufassir dan ulama besar bermadzhab Syafi’i di zamannya, dalam dalam tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Kabir menyebutkan 5 perbandingan antara perbekalan di dunia dan perbekalan di akhirat:

Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan manusia dari ancaman penderitaan yang BELUM TENTU terjadi. Sedangkan bekal perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan menyelamatkan manusia dari penderitaan yang PASTI terjadi jika seseorang tidak membawa bekal.

 

Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan manusia dari kesulitan sementara. Tetapi bekal perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan menyelamatkan manusia dari kesulitan selama-lamanya yang tiada tara dan tiada batasnya.

Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menghantarkan manusia pada kenikmatan sesaat, dan pada saat yang sama ia juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan. Sementara bekal perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat manusia terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu