2 Masalah yang Dihadapi Petani, Pertama Harga Pupuk Mahal dan Peredaran Pupuk Palsu

2  Masalah yang Dihadapi Petani, Pertama Harga Pupuk Mahal dan Peredaran Pupuk Palsu

Petani Hadapi Dilema dan Tantangan Berat di Tengah Harga Tinggi dan Pupuk Palsu-Poto ilustrasi-

RADAR BENGKULU - Masalah yang dihadapi para petani di hampir seluruh Indonesia hampir sama, yakni soal harga pupuk mahal dan peredaran pupuk palsu.

Isu ketersediaan dan keaslian pupuk kimia belakangan ini menjadi topik hangat di kalangan petani.

Pupuk kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), semakin sulit didapat dan harganya pun melambung tinggi. 

Situasi ini diperparah dengan maraknya peredaran pupuk palsu yang meresahkan petani.

BACA JUGA:Kabar Gembira, Petani Bengkulu Selatan Dapat Tambahan Kuota Pupuk Subsidi Lho!

BACA JUGA: Distan Mukomuko Melakukan Pendataan Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura yang Gunakan Pupuk Organik

Pupuk kimia memang memiliki keunggulan dibandingkan pupuk organik seperti kompos dan pupuk kandang.

Perubahan yang dihasilkan dari penggunaan pupuk kimia lebih cepat terlihat pada tanaman, sehingga petani lebih cenderung memilihnya.

Namun, kondisi saat ini membuat petani berada dalam posisi sulit. Kelangkaan dan mahalnya harga pupuk kimia menjadi tantangan besar.

Ditambah lagi dengan risiko mendapatkan pupuk palsu atau pupuk KW yang merusak tanaman.

Kondisi ini terungkap dalam wawancara siaran "Kiprah Desa" bersama Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Bengkulu yang mengangkat tema "Mengenali Pupuk Kimia Asli atau Tiruan" pada Kamis, 16 Mei 2024. 

Dalam wawancara tersebut, Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr, penyuluh pertanian di Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Bengkulu menyatakan, "Petani sangat membutuhkan pupuk, tetapi harga pupuk mahal.

Sedangkan modal yang dimiliki petani sangat terbatas. Selain itu, pupuk subsidi juga terbatas."

Senada dengan Rambe, Tri Novita Wulandari, S. Tr.P, juga penyuluh pertanian BSIP Bengkulu, menambahkan, "Kondisi ini sangat merugikan petani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: