Harga Pertamax di Provinsi Bengkulu Turun Lagi, Tapi di Pertashop Malah Lebih Murah dari SPBU

Harga Pertamax di Provinsi Bengkulu Turun Lagi, Tapi di Pertashop Malah Lebih Murah dari SPBU

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax di Provinsi Bengkulu kembali mengalami penurunan di seluruh Indonesia, memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen -poto ilustrasi-

Dengan harga yang lebih kompetitif, Pertashop diharapkan dapat menarik lebih banyak konsumen dan sekaligus mendorong peningkatan penetrasi BBM berkualitas di daerah terpencil.

BACA JUGA:5 Rekomendasi Tempat Oleh-Oleh di Magelang, Selain Wisata Alam dan Kuliner, Makanan Disini Wajib Dicoba

BACA JUGA:Desa Tebat Monok: Tempat Oleh Oleh di Kepahiang Provinsi Bengkulu, Mulai Dari Rp. 10 Ribuan

Penurunan harga ini tentu membawa dampak bagi para pemilik kendaraan yang kerap kali harus memilih antara mengisi BBM di SPBU atau Pertashop.

Dengan selisih harga Rp 300 per liter, pengendara yang memutuskan untuk mengisi BBM di Pertashop bisa menghemat biaya.

Terutama untuk perjalanan panjang yang membutuhkan bahan bakar dalam jumlah besar.

Namun, di sisi lain, perbedaan harga ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai strategi pemasaran dan distribusi Pertamax di kedua jenis outlet ini.

Mengapa ada perbedaan harga yang mencolok antara SPBU dan Pertashop? 

Menanggapi hal ini, Seteven menjelaskan bahwa perbedaan harga tersebut terkait dengan efisiensi distribusi dan skala operasional dari kedua jenis outlet tersebut.

"Pertashop memiliki keunggulan dalam hal biaya operasional yang lebih rendah dan distribusi yang lebih efisien, terutama di daerah dengan kepadatan lalu lintas yang tidak terlalu tinggi. Ini memungkinkan kami untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif tanpa mengorbankan kualitas," jelas Seteven.

Sementara itu menurut Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, penurunan harga ini berlaku untuk semua jenis BBM Non-Subsidi, termasuk Pertamax Series dan Dex Series. 

"September ini, semua harga BBM Non-Subsidi Pertamina mengalami penurunan," ujar Heppy.

Ia menjelaskan, harga BBM Non-Subsidi akan terus disesuaikan secara berkala mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak dunia seperti Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus, serta mempertimbangkan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Heppy menambahkan bahwa penyesuaian harga BBM Non-Subsidi bersifat dinamis, sehingga bisa mengalami kenaikan, penurunan, atau tetap, tergantung pada perkembangan harga minyak dunia dan stabilitas nilai tukar rupiah. 

"Evaluasi dan penyesuaian harga untuk BBM Non-Subsidi akan terus kami lakukan secara berkala setiap bulannya. Jadi harganya bisa tetap, bisa naik, dan bahkan bisa turun. Ini tergantung tren harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah kita," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: